KH SHOBARI MAMA CIWEDUS



"BAROKAH LADANG KHIDMAH"
(kisah mama ciwedus, sanad fikih tatar sunda)
----------------------------------------------------------------------------
Oleh: Mustolih

12 tahun lamanya beliau, KH.Shobari (mama Ciwedus) menggembala Wedus (kambing) di hutan belantara. Tentu ini merupakan perintah dari Gurunya, Syaikhona mama Kholil Bangkalan Madura. Iyah, ketika beliau diantarkan oleh keluarganya untuk menimba ilmu di bangkalan, gurunya tidak menyuruh dia ikut ngaji, tapi justru beliau disuruh mengurusi kambing milik sang guru, "Harus sampai gemuk yah.." titah mama Kholil. Dan inilah, dalam salahsatu riwayat, asal-usul beliau diberi Laqob/julukan Mama Ciwedus yang artinya Wedus itu Kambing.

Singkat cerita, Keluarganya dari Kuningan ingin menjemput Shobari, karena memang sangat dibutuhkan untuk menyebarkan agama Islam di Cilimus Kuningan. Namun ketika mereka sowan kepada mama Kholil, mama Kholil merasa kebingungan, "Sebelumnya mohon maaf, ini anak kan belum pernah ngaji, satu lembar kitab pun, selama 12 tahun dia menggembala kambing saya di Hutan", tutur mama Kholil.

"Lantas harus bagaimana mama?", tanya keluarga Shobari kepada mama Kholil. "Tunggu Sebentar yah", jawab mama Kholil sambil pergi ke belakang untuk mengambil air Laut yang beliau tuangkan dalam gelas. "Shobari!!! minum Air Laut ini, kalau rasanya manis maka kamu akan selamat, kalau rasanya tetap asin maka mama akan menyembelih kamu didepan keluargamu ini", titah mama Kholil.

Lalu Shobari meminumnya sambil gemetaran dan bercucuran keringat, tapi tetap dengan penuh keberanian. Sementara gurunya serta keluarganya pun ikut cemas penuh kekhawatiran. "Rasanya asin mbah...." kata Shobari. "Coba sekali lagi minum Shobari, brangkali manis!!!" titah mbah Kholil. "Tetap asin Mbah...". Sampai ketiga kalinya, Shobari pasrah dan langsunh berkata "Silahakan sembelih leher saya mbah, hamba ikhlas, ridlo kalau memang itu perintah dan keinginan mbah". Dan karena memang Air Laut itu dari zaman Fir'aun sampai zaman ikan Belut berbulu secara tabi'at dan adat tidak ada yang manis (hehe).

Kemudian mbah Kholil mengucurkan air mata sambil mengusap kepala Shobari, "Silahkan Shobari engkau pulang, bawalah seluruh ilmu mbah, kembangkanlah agama islam di daerahmu, karena sesungguhnya engkau telah lulus melewati ujian yang mbah berikan, engkau telah mengatakan apa yang sebenarnya harus engkau katakan, tanpa rasa takut apapun, manis engkau katakan manis, asin engkau katakan asin", pungkas mbah Kholil.

Akhirnya Shobari dan keluarganya pamit, dan sesampainya di Cilimus Kuningan beliau langsung meneruskan pesantren leluhurnya dan mengajarkan berbagai ilmu termasuk ilmu Fikih. Karena kemasyhurannya, para santri yang ingin mengaji berdatangan dari berbagai daerah, termasuk Ulama-ulama kharismatik yang banyak didatangi Santri di Kemudian hari, untuk ditimba ilmunya, seperti Ayah Banjar, Mama Keresek Garut, Mama Sudja'i Kudang Kota Tasik, dan Mama Cimanggu Tasikmalaya.

Dari sinilah banyak berkembang pesantren Fikih alumni Ayah Banjar, seperti Pesantren Padarincang Banten yang menelurkan Pesantren Caringin Banten. Dan seperti Pesantren Cikole Ciamis yang menelurkan Pesantren Balekambang Karangnunggal Tasikmalaya, Pesantren IBUNDA Manonjaya Tasikmalaya, dan banyak lagi pesantren-pesantren Fikih yang tersebar di tatar Sunda dan Banten. Dan Alhamdulillah, meskipun saya tidak bisa bermujalasah dengan Beliau KH. Shobari (Mama Ciwedus), setidaknya saya bisa menimba ilmu mengharap berkah dari murid-murid yang bersanad kepada beliau.

Walhasil, Segiat apapun kita mengaji, kalau tidak diiringi rasa Khidmat (melayani) kepada sang Guru atau kepada pesantrennya, dengan cara menghormatinya, menghormati keluarganya dan Rasa Hormat yang lainnya, yang telah dimaktubkan oleh Syekh Al-Zarnuji dalam Kitab "Ta'limul Muta'allim", atau oleh KH. Hasyim Asy-'ari dalam kitabnya "Adabul 'Alim wal Muta'allim", maka kemungkinan kita tidak akan mendapatkan Keberkahan & kemanfa'atan ilmu yang kita kaji. Na'udzubillahi min Dzalik Tsumma Na'udzubillahi min Dzalik.

Terakhir, teringat perkataan Guru Saya, KH. SAEFUDDIN ZUHRI HAURKUNING, Allohu yagfir wa yarham Amin, yang juga merupakan salahsatu murid Mama Keresek Garut, "Lamun hayang bisa ngaji sing getol, lamun hayang manfa'at jeung barokah nu diaji sing khidmat jeung hormat".

قال الشيخ الزرنوجي : الحرمة أولى من الطّاعة
قال عبد اللّه ابن المبارك : لولا الاسناد لقال من شاء ما شاء

Mohon Maaf apabila banyak kesalahan, Semoga Bermanfa'at... Amin...

Sabtu, 15 Desember 2018
#KisahMamaCiwedus #SanadIlmuFikih #UlamaNusantara