AKU 2

Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Ada orang-orang yang kritis mengatakan, "Ya, Bhante, menderita memang adanya di sini, senang memang adanya di sini juga, di dalam diri ini. Tapi jalannya 'sebabnya' toh di luar, Bhante?

"Kalau saya tidak dapat gelang permata kan tidak bisa toh ujug-ujug senang? Karena gelang permata, saya jadi senang. Karena jamnya rusak, saya jadi menderita. Jalannya yang di luar juga toh Bhante? Tidak hanya di dalam toh?"

"Benar , Saudara. kelihatannya benar tetapi tidaklah benar."

"Apa benar kalau ada gelang permata, jam baru datang, lalu kita menjadi senang?"

"Ya, pastilah, Bhante. Kalau tidak ada jam tangan baru, tidak ada gelang permata, bagaimana kita bisa senang?"

"Iya kalau gelang permata dan jam tangan baru itu datang kepada Anda? Tetapi kalau gelang permata dan jam tangan baru itu datang kepada teman Anda, apakah Anda senang atau tidak?"

"Tidak senang, Bhante."

"Lho, kenapa tidak senang?"

"Lha...., jam tangannya ke dia bukannya ke saya, Bhante."

"Katanya kalau ada jam tangan baru, ada gelang permata, Anda bisa jadi senang. Ini ada jam, ada gelang permata, tapi gelang dan jamnya pergi ke sana, tidak ke Anda, Anda tidak senang jadinya.

"Kenapa Anda terlihat susah, sedih?"

"Kalau gelangnya hilang, Bhante. Tidak hanya berliannya yang copot, Bhante, tetapi hilang. Lupa tempat menaruhnya. Entah diambil orang atau pembantu. Jam tangannya di pijak sama sepatu , jadi remuk 'hancur'."

Jadi yang membuat Anda menderita itu apa? Alasan yang membuat Anda menderita adalah karena gelangnya yang hilang itu, jam tangannya yang remuk 'hancur' itu. Apa benar begitu?

"Kalau jam tangan yang remuk 'hancur' itu, kalau yang hilang itu gelang dan jam tangan teman Saudara, apakah Saudara akan menderita susah?"

"Ya tidak, Bhante. Saya tidak akan susah, apalagi sedih."

Lha, katanya kalau gelangnya hilang Anda menderita, jam tangannya remuk 'hancur' Anda menderita. Ini ada jam yang remuk 'hancur' dan gelang permata yang hilang, tetapi gelang dan jamnya punya teman Anda, bukan punya Anda. Kenapa Anda tidak susah, tidak sedih?"

"Pak, gelang saya hilang. Gelangnya mahal. Miliyaran, jam tangan saya juga rusak," teman Anda mengadu.

"Oh...., ya mungkin karena kamu kurang hati-hati. Lain waktu harus berhati-hatilah."

Ini jika gelang teman Anda yang hilang, jam teman Anda yang remuk 'hancur'. Maka Anda masih bisa berkata, 'Oh....,ya mungkin karena kamu kurang hati-hati. Lain waktu harus berhati-hatilah'. Akan tetapi bagaimana jika ini adalah gelang Anda yang hilang, jam tangan Anda yang remuk 'hancur'? Tidak, Anda tidak akan bisa cuma berkata 'Oh...., ya mungkin karena saya kurang hati-hati. Lain waktu aku harus berhati-hatilah'. TIDAK BISA!

Apa sebabnya yang membuat menderita ini? Sebab yang membuat menderita ini adalah karena itu jam-ku, gelang-ku. Ini yang membuat menderita, AKU. Karena kalau gelang yang punya dia, jamnya dia, 'aku' tidak menderita.

Kalau jam itu, gelang itu milik anak-ku yang hilang, remuk 'hancur' jamnya, dia ikut menderita. Kalau jam itu, gelang itu milik temannya yang hilang, jam yang remuk 'hancur', dia hanya sedikit menderita. Akan tetapi, kalau jam itu, gelang itu milik orang lain yang tidak dikenal itu hilang, yang remuk 'hancur', wah.... sama sekali tidak menderita.

Kenapa? Karena bukan jam-ku, bukan gelang-ku,bukan jam anak-ku, bukan gelang anak-ku. Itu gelangnya, jamnya orang lain, 'aku' ini tidak kenal, tidak menderita. Berhati-hatilah dengan si "AKU".

Itulah yang membuat kita menderita. Jika 'aku' itu lengket bangat, namanya upadana, dalam bahasa Sansekerta dan bahasa Pali. Kalau 'aku'-nya itu besar sekali, maka dia akan lengket sekali. Seneng banget dengan barang ini. Karena barang ini mahal sekali. Tidak bisa di dapatkan dengan sembarangan. Harganya miliyaran. Wah! Aku senang banget.

Kalau kita sudah seneng banget, namanya lengket. Tandanya 'aku'-nya besar sekali. Meskipun tidak sampai hilang, cacat sedikit saja, gerumpil sedikit saja, langsung menderita!

"Mengapa menderita, BHante?"

"Saking lengketnya. Saking senangnya. Saking besar 'aku'-nya, dia menderita, Saudara."

Berharga mahal, miliyaran, tetapi barang yang sama, yang berharga mahal, miliyaran, misalkan rusak tetapi bukan milik-ku, 'aku' tidak apa-apa. Tetap tenang, tenteram. Jadi sang 'aku' itulah penyebab derita. Ini bukan menurut agama Buddha saja sebenarnya. Hal yang saya sampaikan ini adalah the fact of life, the truth 'kesunyataan hidup'.

Anda tidak perlu mendengar uraian saya, lalu mengiyakan saja. Akan tetapi Anda bisa mencocokannya dengan hal yang pernah Anda laami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Apakah yang saya uraikan ini benar atau tidak? Cocokanlah sendiri.