MENJAGA PIKIRAN

Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Untuk melepaskan diri dari kejengkelan, kemarahan, kekecewaan, kegelisahan, ketakutan dan sebagainya, sangatlah tidak bijaksana dan salah kalau kita ingin mengatasi persoalan kehidupan kita dengan merubah-nya dari luar diri kita. Semua ini adalah pengaruh dari pikiran Anda sendiri. Kalau Saudara bisa mengendalikan pikiran, bisa menjaga pikiran, Saudara tidak perlu membuat penderitaan tambahan, karena sesungguhnya secara alami kehidupan kita ini adalah Dukkha....sebuah penderitaan.

Kalau misalnya Saudara pulang dari kantor atau kembali dari perjalanan jauh, sesaat dalam perjalanan sebelum sampai dirumah, Saudara sudah membayangkan bahwa istri Saudara akan menyambut dengan senyum manis, membuka pintu, dan kemudian menyajikan makanan dan nasi yang masih hangat dan ada disediakan makan favorite. Tetapi ketika begitu Saudara memasuki rumah Saudara, sang istri malah sudah ke alam mimpi. Saat masuk ke ruang makan, bukan nasi hangat yang ditemui malah nasi yang sudah dingin dan keras; bukan lauk yang menjadi kesukaan Saudara tetapi hanya beberapa potongan tempe tahu dan sayuran yang sudah layu yang sudah bukan baru masak dari dapur. Timbullah kejengkelan, kemarahan, merasa tidak senang, dan sebagainya.

Saudara benar-benar tidak menyadari bahwa selama perjalanan pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan lapar itu sudah merupakan kenyataan dari penderitaan. Saudara memerlukan perhatian dari istri dan anak-anak. Jasmani Saudara perlu makanan. Saudara memerlukan perlakuan yang baik, memerlukan makanan untuk fisik Saudara. Keadaan lemah dan lelah itu jelaslah suatu penderitaan. Tetapi jangan lagi Saudara membuat penderitaan baru....penderitaan tambahan.

Kalau saja Saudara saat pulang kerumah, tidak ada bayangan apa yang INGIN Saudara DAPATKAN, tidak mempunyai target ingin di sambut istri, makanan kesukaan....Saudara tidak akan kecewa. tetapi ketika Saudara telah Menginginkan atau menargetkan..Saudara sudah membuat penderitaan baru, penderitaan tambahan. Rasa tidak senang, jengkel, kecewa, kemarahan, akan bertumpuk-tumpuk bertambah. Apa yang sulit kita sadari? Yang sulit kita sadari adalah sesungguhnya kejengkelan, kekecewaan, kemuakkan, kemarahan, tidak terletak pada diri istri Saudara, tidak pada tempe tahu, pada nasi dingin yang sudah keras....tetapi sesungguhnya ada di dalam diri Saudara sendiri.

Kalau suatu saat di sajikan makanan yang tidak cocok dengan selera oleh istri Saudara...Saudara merasa tidak senang, marah, mungkin di dalam hati saja. Kalau Saudara perhatikan makanan yang disajikan itu, Saudara buka, Saudara potong kecil-kecil dan periksa, disitu tidak ada jengkel, tidak ada marah. Jengkel dan marah tidak ada di dalam tempe tahu, tetapi jengkel dan marah itu ada di dalam diri Saudara yang panjangnya tidak lebih dari 2 meteran ini. Disini-lah segala kesulitan, kesusahan, kesengsaraan, kekecewaan dan segala macam perasaan itu tumbuh. Oleh karena itu, cara untuk mengatasi semua itu harus dimulai dari dalam diri kita sendiri.