MENDENGARKAN DHAMMA
Dhamma Y.M Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Orang yang berbicara ketika Dhamma sedang diberikan, mereka merasa kalau dirinya tidak berbuat jahat, dia tidak merasa berbohong, dia merasa tidak mencuri, dia merasa tidak berbuat asusila, tetapi perilakunya yang mengganggu orang lain. Dia tidak peduli pada orang lain yang ingin mendengarkan Dhamma, dia hanya senang dengan kesenanganya sendiri. Orang lain yang rugi, dia sendiri sebenarnya juga rugi karena tidak mendengarkan Dhamma. Memang seolah-olah dirinya tidak berbuat buruk, tidak berbuat jahat. Tetapi apa yang dilakukannya adalah perbuatan jahat.
Kalau misalnya, Dhamma sedang dibabarkan oleh siapa saja, baik oleh bhikkhu siapa-pun, umat mana-pun, di dengarkan. Kalau Anda tidak mengerti seluruhnya, ada bagian yang akan berguna bagi Anda. kalau Anda sama sekali tidak mengerti, diam saja, supaya Anda tidak mengganggu orang yang lain, beri kesempatan orang yang lain untuk mendengarkan Dhamma. Karena bersikap diam itu sama dengan menghormati Dhamma. hanya dengan diam saja Saudara sudah melakukan suatu Kebajikan meskipun Saudara tidak bisa mengerti.
Alangkah baiknya, alangkah indahnya sebelum kita melakukan sesuatu, kita berpikir sebentar, diam sebentar, apakah akibat dari perbuatan saya ini. Apakah omongan saya ini nanti bisa mengakibatkan apa nanti. kalau memang menyakitkan orang lain, merugikan orang lain, tidak usah, tidak usahlah saya ucapkan ucapan yang tidak bermanfaat ini, tidak usah saya bicarakan, karena itu adalah kejahatan melalui ucapan.
Tidak melakukan perbuatan jahat, itulah sila yang pasif, Sabba papassa akaranam. Kusalassa upasampada, banyak berbuat baik, itu adalah sila yang aktif, caritta sila. tetapi Saudara, satu hal yang harus diingat. karena kalau yang terakhir ini tidak saya uraikan, bukanlah Agama Buddha. Puncak ajaran Agama Buddha. Yang mana-pun, baik Mahayana, Theravada, Tibetan, aliran mana-pun, sama.
Kalau saya hanya menguraikan, jangan berbuat jahat, banyaklah berbuat baik, selesai. Bukan agama Buddha. Itu seperti yang lain-lain. Justru puncak ajaran Guru Agung, Agama kita, adalah bersihkan pikiranmu sendiri. Ini bukan pilihan, Saudara, ibu, bapak sekalian. Membersihkan pikiran sendiri bukanlah suatu pilihan, bukanlah suka rela, tetapi suatu keharusan. mengapa keharusan? Karena semua perilaku kita, baik yang baik maupun yang buruk datangnya dari pikiran kita sendiri. Penderitaan itu juga bersumber dari pikiran kita sendiri. Kebahagiaan juga sama bersumber dari pikiran kita sendiri.
Kalau Anda tidak peduli dengan pikiran Anda, membersihkannya dengan meditasi, Anda tidak mungkin berhasil untuk mencegah perbuatan buruk dan menambah kebaikan. Sumber dari perbuatan buruk adalah pikiran, sumber semua kebaikan juga adalah pikiran. Penderitaan juga bersumber dari pikiran. Cobalah Anda bermeditasi. Tidak bisa meditasi dengan baik tidak apa-apa, tetapi lakukanlah, tidak bermeditasi, Anda tidak lengkap sebagai umat Buddha. Ajaran Buddha tanpa meditasi bukanlah ajaran Agama Buddha. Buddha Dhamma atau Buddha Dharma tanpa meditasi bukanlah Buddha Dharma. Meditasi adalah puncak ajaran Guru Agung kita. Satu-satunya cara untuk membersihkan pikiran kita. Dari pikiran yang bersih, dari sumber yang bersih tidak mungkin mengalir air yang kotor. Air yang kotor hanya mengalir dari sumber yang kotor. kalau Anda membersihkan sumber itu, dan sumber itu adalah pikiran kita, maka ucapan, dan perbuatan kita akan otomatis menjadi baik.
Inilah inti ajaran Agama Buddha. Inti ajaran semua kelompok Agama Buddha, bahkan inti ajaran para Buddha. Jangan berbuat jahat, perbanyak ucapan baik, bersihkan pikiran kita sendiri dengan meditasi. Inilah ajaran semua Buddha. Marilah kita maju terus. Dengan kesabaran, dan dengan semangat yang terus-menerus, untuk membersihkan pikiran untuk hidup lebih bahagia, dengan melakukan kebajikan dan menghindari semua perbuatan-perbuatan yang buruk.
Orang yang berbicara ketika Dhamma sedang diberikan, mereka merasa kalau dirinya tidak berbuat jahat, dia tidak merasa berbohong, dia merasa tidak mencuri, dia merasa tidak berbuat asusila, tetapi perilakunya yang mengganggu orang lain. Dia tidak peduli pada orang lain yang ingin mendengarkan Dhamma, dia hanya senang dengan kesenanganya sendiri. Orang lain yang rugi, dia sendiri sebenarnya juga rugi karena tidak mendengarkan Dhamma. Memang seolah-olah dirinya tidak berbuat buruk, tidak berbuat jahat. Tetapi apa yang dilakukannya adalah perbuatan jahat.
Kalau misalnya, Dhamma sedang dibabarkan oleh siapa saja, baik oleh bhikkhu siapa-pun, umat mana-pun, di dengarkan. Kalau Anda tidak mengerti seluruhnya, ada bagian yang akan berguna bagi Anda. kalau Anda sama sekali tidak mengerti, diam saja, supaya Anda tidak mengganggu orang yang lain, beri kesempatan orang yang lain untuk mendengarkan Dhamma. Karena bersikap diam itu sama dengan menghormati Dhamma. hanya dengan diam saja Saudara sudah melakukan suatu Kebajikan meskipun Saudara tidak bisa mengerti.
Alangkah baiknya, alangkah indahnya sebelum kita melakukan sesuatu, kita berpikir sebentar, diam sebentar, apakah akibat dari perbuatan saya ini. Apakah omongan saya ini nanti bisa mengakibatkan apa nanti. kalau memang menyakitkan orang lain, merugikan orang lain, tidak usah, tidak usahlah saya ucapkan ucapan yang tidak bermanfaat ini, tidak usah saya bicarakan, karena itu adalah kejahatan melalui ucapan.
Tidak melakukan perbuatan jahat, itulah sila yang pasif, Sabba papassa akaranam. Kusalassa upasampada, banyak berbuat baik, itu adalah sila yang aktif, caritta sila. tetapi Saudara, satu hal yang harus diingat. karena kalau yang terakhir ini tidak saya uraikan, bukanlah Agama Buddha. Puncak ajaran Agama Buddha. Yang mana-pun, baik Mahayana, Theravada, Tibetan, aliran mana-pun, sama.
Kalau saya hanya menguraikan, jangan berbuat jahat, banyaklah berbuat baik, selesai. Bukan agama Buddha. Itu seperti yang lain-lain. Justru puncak ajaran Guru Agung, Agama kita, adalah bersihkan pikiranmu sendiri. Ini bukan pilihan, Saudara, ibu, bapak sekalian. Membersihkan pikiran sendiri bukanlah suatu pilihan, bukanlah suka rela, tetapi suatu keharusan. mengapa keharusan? Karena semua perilaku kita, baik yang baik maupun yang buruk datangnya dari pikiran kita sendiri. Penderitaan itu juga bersumber dari pikiran kita sendiri. Kebahagiaan juga sama bersumber dari pikiran kita sendiri.
Kalau Anda tidak peduli dengan pikiran Anda, membersihkannya dengan meditasi, Anda tidak mungkin berhasil untuk mencegah perbuatan buruk dan menambah kebaikan. Sumber dari perbuatan buruk adalah pikiran, sumber semua kebaikan juga adalah pikiran. Penderitaan juga bersumber dari pikiran. Cobalah Anda bermeditasi. Tidak bisa meditasi dengan baik tidak apa-apa, tetapi lakukanlah, tidak bermeditasi, Anda tidak lengkap sebagai umat Buddha. Ajaran Buddha tanpa meditasi bukanlah ajaran Agama Buddha. Buddha Dhamma atau Buddha Dharma tanpa meditasi bukanlah Buddha Dharma. Meditasi adalah puncak ajaran Guru Agung kita. Satu-satunya cara untuk membersihkan pikiran kita. Dari pikiran yang bersih, dari sumber yang bersih tidak mungkin mengalir air yang kotor. Air yang kotor hanya mengalir dari sumber yang kotor. kalau Anda membersihkan sumber itu, dan sumber itu adalah pikiran kita, maka ucapan, dan perbuatan kita akan otomatis menjadi baik.
Inilah inti ajaran Agama Buddha. Inti ajaran semua kelompok Agama Buddha, bahkan inti ajaran para Buddha. Jangan berbuat jahat, perbanyak ucapan baik, bersihkan pikiran kita sendiri dengan meditasi. Inilah ajaran semua Buddha. Marilah kita maju terus. Dengan kesabaran, dan dengan semangat yang terus-menerus, untuk membersihkan pikiran untuk hidup lebih bahagia, dengan melakukan kebajikan dan menghindari semua perbuatan-perbuatan yang buruk.