MENYUCIKAN HATI

Ajahn Chah

Banyak orang mencari jasa kebajikan dengan memberikan layanan atau persembahan ke vihara, tetapi tidak banyak yang mencari jalan keluar dari perbuatan salah.

Ajaran Sang Buddha begitu singkat, namun kebanyakan orang melewatinya begitu saja.
Hanya 3 baris, tidak lebih.
Baris pertama berbunyi:
*Sabba-pāpassa akaranam*: menahan diri dari semua perbuatan salah.
Menghindari segala perbuatan salah, besar maupun kecil, baik jasmani, ucapan, dan pikiran.
Itulah ajaran para Buddha. Inti dari ajaran Buddha. Tetapi orang terus melewatinya, mereka tidak menginginkan ini.

Jika kita ingin mewarnai sehelai kain kita harus mencucinya terlebih dahulu. Tetapi kebanyakan orang tidak melakukan hal ini. Tanpa melihat kondisi kain, mereka langsung saja mewarnai kain tersebut. Bila kain itu kotor, mewarnainya hanya akan membuat kain itu lebih buruk dari sebelumnya.
Pikirkanlah hal ini. Mewarnai kain yang kotor, akankah kelihatan bagus?

Pahamkah Anda? Inilah ajaran Buddha, namun kebanyakan orang melewatinya begitu saja. Mereka hanya ingin melakukan perbuatan baik, tetapi tidak mau meninggalkan perbuatan salah mereka. Mereka tidak akan memperoleh jasa kebajikan dengan cara seperti itu.

Segala kebaikan dan kejahatan bersumber dari perbuatan, ucapan, dan pikiran.
Kita harus kembali kepada diri kita sendiri
Lihatlah pada perbuatan, ucapan, dan pikiran.
Anda harus melihat dengan cermat, amati dirimu sendiri. Lihat apakah tindakanmu masih salah atau tidak.

Karena tidak melihat diri mereka sendiri maka orang dapat melakukan segala macam perbuatan tercela.
Mereka tidak melihat batin mereka sendiri.
Ketika akan melakukan sesuatu yang tercela, mereka melihat ke sekeliling terlebih dahulu untuk melihat apakah ada yang melihat, menyaksikan…
Jika tidak ada yang melihat maka mereka akan langsung melakukannya.
Ini sebenarnya merendahkan diri sendiri. Mereka berkata tidak ada yang melihat, jadi langsung saja mereka lakukan dengan cepat sebelum dilihat orang lain. Dan bagaimana dengan diri mereka sendiri? Bukankah mereka juga “seseorang”?

Jika Anda melihat ke dirimu sendiri, Kapan pun akan melakukan sesuatu yang salah, saat itu Anda bisa menghentikannya.
Bila kamu ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat maka lihatlah batinmu.
Jika Anda tahu bagaimana melihat dirimu sendiri maka Anda akan memahami tentang benar dan salah, kerugian dan keuntungan, kejahatan dan kebaikan. Inilah hal-hal yang harus kita ketahui.

Anda tidak akan tahu apa pun jika selalu melihat keluar. Dengan melihat ke dalam Anda akan melihat baik dan jahat.
Melihat kebaikan, kita dapat menyimpannya dalam hati dan mempraktekkannya.

Sabba-pāpassa akaranam—tidak melakukan perbuatan salah, baik melalui jasmani, ucapan maupun pikiran. Inilah latihan yang benar, ajaran para Buddha. Sekarang “kain” kita bersih.

Selanjutnya *Kusalassūpasampadā* — membuat batin baik, luhur dan terampil.
Jika batin kita baik, luhur dan terampil, kita tidak perlu ke mana-mana untuk mencari jasa kebajikan. Bahkan dengan duduk di rumah pun kita bisa berbuat kebajikan.
Tetapi kebanyakan orang pergi ke setiap pelosok untuk mencari jasa kebajikan tanpa mau meninggalkan perbuatan salah mereka. Di sinilah orang tidak melihatnya, Mereka jauh dari berkah / jasa kebajikan.

Jika batin kita baik dan luhur, ada bahagia di sini. Ada senyum di hati kita.
Tetapi kebanyakan dari kita sulit untuk tersenyum, bukan?
Kita hanya tersenyum jika keadaan berjalan seperti harapan kita.
Banyak orang yang kebahagiaannya tergantung dari keadaan sekelilingnya.
Mereka butuh orang lain untuk mengatakan hal-hal yang menyenangkan.
Begitukah cara Anda mencari kebahagiaan? Mungkinkah kita mengharapkan semua orang untuk mengatakan hanya hal-hal yang menyenangkan saja? Jika begitu, kapan Anda bisa menemukan kebahagiaan?

Kita menggunakan Dhamma untuk menemukan kebahagiaan. Apa pun itu, baik benar atau salah, jangan mencengkeraminya dengan membuta. Cukup ketahui saja kemudian lepaskan. Jika batin tenang maka kita bisa tersenyum.

*Sacittapariyodapanam*: Setelah kotoran dibersihkan, batin bebas dari kekhawatiran… damai, baik dan luhur. Ketika batin jernih dan telah mengalahkan yang jahat, ada ketenangan di setiap saat. Batin yang tenteram dan damai adalah buah dari pencapaian.

Ketika orang-orang mengatakan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita, kita tersenyum. Ketika mereka mengatakan hal yang tidak menyenangkan, kita cemberut.
Bagaimana kita dapat mengharapkan orang untuk selalu mengatakan hal yang kita sukai setiap waktu? Apakah mungkin?
Tidak hanya orang lain, pikiran kita sendiri pun dapat menjengkelkan kita. Kadangkala hal yang kita pikirkan pun tidak menyenangkan. Apa yang dapat kamu lakukan? Anda mungkin sedang berjalan sendirian dan tiba-tiba tersandung akar pohon… Duh!… Aduh!... Di mana permasalahannya? Siapa yang membuatmu tersandung? Siapa yang akan kamu salahkan? Itu salahmu sendiri. Bahkan pikiran kita sendiri pun dapat menjengkelkan.
Jika anda renungkan, anda akan tahu bahwa hal ini benar. Terkadang kita melakukan hal-hal yang bahkan kita sendiri pun tidak menyukainya. Yang dapat dikatakan hanyalah “Sialan!”, karena tidak ada yang dapat disalahkan.

Kebajikan dalam ajaran Buddha adalah melepaskan perbuatan yang salah. Jika kita meninggalkan kesalahan maka tidak ada lagi kesalahan, tidak ada lagi tekanan (stress) dan ketenangan pun timbul.
Batin yang tenang adalah batin yang bersih, yang tidak menyimpan kemarahan, batin yang jernih.

Bagaimana membuat batinmu jernih?
Hanya dengan mengetahuinya.
Sebagai contoh, Anda mungkin berpikir, “Hari ini suasana hatiku jelek sekali, apapun yang ditemui semuanya menjengkelkan, bahkan piring-piring di meja pun menjengkelkan”.
Anda merasa ingin membanting semuanya.
Apapun yang ditemui kelihatannya buruk, ayam, bebek, kucing dan anjing... Anda membenci semuanya.
Semua yang dikatakan pasanganmu terasa menyinggung. Bahkan melihat pikiranmu sendiri pun kamu tidak puas.
Apa yang dapat Anda lakukan dalam situasi seperti ini? Dari mana datangnya penderitaan ini? Inilah yang disebut “tidak memiliki kebajikan”.
Itulah orang-orang yang tidak memahami kebajikan. Batin yang buruk terus-menerus menumpuk keburukan.

Hindarilah perbuatan jelek, Dengan demikian Anda akan dapat melihat dirimu sendiri dengan lebih jernih.

Anda harus melihat ke dalam dirimu sendiri. Lihatlah kesalahan2 pada perbuatan, perkataan, dan pikiran.
Di mana lagi Anda akan berlatih bila tidak di setiap perbuatan, perkataan dan pikiran?

Jika kita mempunyai kebijaksanaan, ke mana pun pergi kita akan merasa senang.

Jika kita berbuat baik, simpanlah dalam batin. Di situlah tempat terbaik untuk menyimpannya.
Berbuat layanan kebajikan seperti yang Anda lakukan hari ini adalah hal yang baik, tetapi bukan yang terbaik.
Membangun batinmu sendiri menjadi baik adalah yang terbaik.
Dengan begitu Anda akan menemukan jasa kebaikan di mana pun, baik di sini maupun di rumah sendiri. Temukanlah keunggulan ini dalam batinmu.

Jika Anda memiliki kebijaksanaan, ke mana pun Anda melihat di situ ada Dhamma.
Jika kebijaksanaanmu kurang, bahkan hal yang baik akan menjadi buruk adanya. Dari mana datangnya keburukan itu? Tak lain berasal dari batin kita sendiri.

Jadi, untuk melepaskan kejahatan dan menumbuhkan kebaikan Anda tidak perlu pergi mencari ke mana-mana.
Jika batinmu sedang jelek, jangan melihat ke orang ini atau orang itu. Lihatlah batinmu sendiri dan carilah dari mana pikiran-pikiran itu muncul. Mengapa batin ini berpikir seperti itu?
Pahamilah bahwa segala sesuatu tidaklah tetap. Cinta tidak tetap, benci juga tidak tetap. Hindarilah perbuatan jelek, Dengan demikian Anda akan dapat melihat dirimu sendiri dengan lebih jernih.

Sumber: “The Teachings of Ajahn Chah”, sub judul “Living Dhamma - Making The Heart Good’’