MEDITASI CINTA KASIH
Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Mengendalikan diri itu tidak mudah. Sulit. Apalagi saat melakukan kejahatan, kemudian ada godaan kenikmatan. Itu jauh lebih sulit lagi. Oleh karena itulah Sang Buddha menganjurkan kita untuk mengembangkan metta 'Cinta-Kasih'. Cinta kasih akan membuat diri kita lebih mudah mengendalikan diri. Berpikir dengan cinta kasih, jangan mencurigai orang lain. Berbicara dengan cinta kasih. Jika mengkritik bukan untuk menghancurkan orang lain. Lalu membantu orang lain dengan cinta kasih.
Orang yang mempunyai cinta kasih akan mudah mengendalikan diri. Karena orang yang memiliki cinta kasih tidak tega melihat orang lain sampai celaka. Orang yang memiliki cinta kasih tidak sampai hati untuk merugikan orang lain apalagi mencelakakan orang lain. Orang yang mempunyai metta; metta manokama, metta vacikamma, metta kayakama, orang ini bisa mengendalikan dirinya sendiri. Orang punya cinta kasih seperti itu bukan orang yang haha-hehe, senyum sana, senyum sini. Bukan seperti itu! Kebanyakan senyum bisa disebut sinting nanti.
"Bagaimana orang yang memiliki cinta kasih itu Bhante?"
"Saudara, orang yang mempunyai cinta kasih adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya sendiri untuk tidak berbuat jahat."
Di dalam Karaniyametta Sutta, di katakan; Sakko uju ca suhuju ca 'Jujur dan Sungguh-sungguh Jujur' , itulah orang yang memiliki cinta kasih.
Karena jika mencuri, nyolong, perilaku itu pasti merugikan orang lain. Mustahil! Omong Kosong jika dia mencuri, dia menipu, tetapi dia mengatakan kalau dirinya memiliki cinta kasih. O-MONG KO-SONG. Orang yang mempunyai cinta kasih adalah orang yang tidak mau menyusahkan orang lain, orang yang dapat mengendalikan dirinya sendiri untuk tidak berbuat jahat.
Lebih jauh, di dalam Saraniyadhamma, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak hanya dengan mengendalikan diri sendiri. Tidak hanya mengisi dengan cinta kasih. Akan tetapi juga peduli kepada mereka yang menderita. Berbagi, menolong mereka yang menderita.
Jangan ketika melihat orang lain susah, Anda senang. Ketika melihat orang lain senang, Anda diam. Jika Anda mempunyai musuh, tidak akur, lalu musuh Anda itu maju, sukses, Anda menjadi tidak senang. Sebaliknya, jika musuhnya kena celaka, Anda malah menyumpahi dan mencibir; Nah....., rasain lu! Senanglah hati Anda, senang melihat orang lain susah. Susah melihat orang lain senang.
Tidak demikian.
Mengendalikan diri, mengembangkan cinta kasih, dan menolong mereka yang menderita kesusahan. Anda akan hidup damai dan bahagia. Apalagi Anda sebagai umat Buddha mau bermeditasi. Mengapa meditasi?
Bukan untuk mencari ketenangan, keheningan. Tidak hanya itu! Meditasi untuk mempertajam kesadaran, keawasan untuk mengawasi pikiran Anda sendiri. Karena jika kotoran batin itu mendidih, maka di dalam hati ini penuh dengan kebencian, iri hati dan tidak senang. Meskipun materi Anda berlimpah, Anda tidak akan bahagia. Karena kebahagiaan ada di dalam diri kita. Bukan di luar. Meditasi tidak sekadar mencari ketenangan tetapi juga mengawasi pikiran kita.
Ada sebuah cerita yang jarang saya ceritakan, simaklah dengan sungguh-sungguh.
Di dekat gunung Himalaya, hiduplah seorang tua yang bertapa. Ia sudah meditasi bertahun-tahun di sana. Suatu hari datang seorang pemuda penggembala kambing datang berkunjung.
Orang tua ini hampir tidak pernah bertemu dengan orang lain selama bertahun-tahun. Sang penggembala kambing ini kemudian berbincang-bincang dengan pertapa tua itu.
"Bapak, ngapain disini sendirian?"
"Ohhhh saya meditasi, Nak."
"Oh....Sudah lama, Bapak meditasi disini?"
"Delapan tahun-lah kira-kira."
"Oh...., sudah lama sekali, Bapak meditasi apa?"
"Saya meditasi kekosongan. Membersihkan batin dari kotoran-kotoran, dari kejelekan-kejelekan. Supaya batin bersih."
"Tetapi perlu waktu lama ya, Bapak?"
"Ya, memang lama, Nak. Delapan tahun."
"Hmmmm..., pantesan saja. Delapan tahun memang lama sekali, makanya bapak menjadi kurus badannya."
"Oh iya-lah Nak."
"Dan jenggot Bapak kok aneh begitu? Mungkin sudah terlalu lama meditasi, sehingga Bapak tidak sempat mengurus jenggot, jenggot Bapak itu seperti jenggot kambing saya, malah jenggot kambing saya lebih bagus daripada jenggot Bapak."
Marahlah dia!
Meditasi delapan tahun untuk membersihkan kotoran batin marah hanya gara-gara jenggot kambing. Begitulah kotoran batin. Halus sekali.
Wapadalah!
Jika Anda bermeditasi, Anda bisa mengenali kotoran batin. Bukankah kotoran batin, bukankah 'jenggot kambing' itu menggoda Anda setiap hari? Anak, istri, suami, sahabat, karyawan menggoda Anda, dan kotoran batin itu keluar. Kemudian Anda melakukan perilaku yang buruk. Hancurlah ketenteraman batin Anda.
Ya, memang pertapa itu bisa sabar, karena delapan tahun tidak pernah seorang manusia pun, yang mungkin dia temui hanya bekicot, kupu-kupu, burung-burung.
Bagaimana bisa tidak sabar? Kesabaran teruji pada saat Anda berada ditengah-tengah kondisi yang Anda tidak senangi. Itulah meditasi yang tepat untuk mengawasi pikiran kita.
Jika Anda ingin punya keluarga yang damai, yang tenteram, Anda harus punya ketenteraman diri terlebih dahulu. Apabila Anda tidak punya ketenteraman, bagaimana Anda bisa memberikan ketenteraman kepada orang lain?
Mengendalikan diri itu tidak mudah. Sulit. Apalagi saat melakukan kejahatan, kemudian ada godaan kenikmatan. Itu jauh lebih sulit lagi. Oleh karena itulah Sang Buddha menganjurkan kita untuk mengembangkan metta 'Cinta-Kasih'. Cinta kasih akan membuat diri kita lebih mudah mengendalikan diri. Berpikir dengan cinta kasih, jangan mencurigai orang lain. Berbicara dengan cinta kasih. Jika mengkritik bukan untuk menghancurkan orang lain. Lalu membantu orang lain dengan cinta kasih.
Orang yang mempunyai cinta kasih akan mudah mengendalikan diri. Karena orang yang memiliki cinta kasih tidak tega melihat orang lain sampai celaka. Orang yang memiliki cinta kasih tidak sampai hati untuk merugikan orang lain apalagi mencelakakan orang lain. Orang yang mempunyai metta; metta manokama, metta vacikamma, metta kayakama, orang ini bisa mengendalikan dirinya sendiri. Orang punya cinta kasih seperti itu bukan orang yang haha-hehe, senyum sana, senyum sini. Bukan seperti itu! Kebanyakan senyum bisa disebut sinting nanti.
"Bagaimana orang yang memiliki cinta kasih itu Bhante?"
"Saudara, orang yang mempunyai cinta kasih adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya sendiri untuk tidak berbuat jahat."
Di dalam Karaniyametta Sutta, di katakan; Sakko uju ca suhuju ca 'Jujur dan Sungguh-sungguh Jujur' , itulah orang yang memiliki cinta kasih.
Karena jika mencuri, nyolong, perilaku itu pasti merugikan orang lain. Mustahil! Omong Kosong jika dia mencuri, dia menipu, tetapi dia mengatakan kalau dirinya memiliki cinta kasih. O-MONG KO-SONG. Orang yang mempunyai cinta kasih adalah orang yang tidak mau menyusahkan orang lain, orang yang dapat mengendalikan dirinya sendiri untuk tidak berbuat jahat.
Lebih jauh, di dalam Saraniyadhamma, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak hanya dengan mengendalikan diri sendiri. Tidak hanya mengisi dengan cinta kasih. Akan tetapi juga peduli kepada mereka yang menderita. Berbagi, menolong mereka yang menderita.
Jangan ketika melihat orang lain susah, Anda senang. Ketika melihat orang lain senang, Anda diam. Jika Anda mempunyai musuh, tidak akur, lalu musuh Anda itu maju, sukses, Anda menjadi tidak senang. Sebaliknya, jika musuhnya kena celaka, Anda malah menyumpahi dan mencibir; Nah....., rasain lu! Senanglah hati Anda, senang melihat orang lain susah. Susah melihat orang lain senang.
Tidak demikian.
Mengendalikan diri, mengembangkan cinta kasih, dan menolong mereka yang menderita kesusahan. Anda akan hidup damai dan bahagia. Apalagi Anda sebagai umat Buddha mau bermeditasi. Mengapa meditasi?
Bukan untuk mencari ketenangan, keheningan. Tidak hanya itu! Meditasi untuk mempertajam kesadaran, keawasan untuk mengawasi pikiran Anda sendiri. Karena jika kotoran batin itu mendidih, maka di dalam hati ini penuh dengan kebencian, iri hati dan tidak senang. Meskipun materi Anda berlimpah, Anda tidak akan bahagia. Karena kebahagiaan ada di dalam diri kita. Bukan di luar. Meditasi tidak sekadar mencari ketenangan tetapi juga mengawasi pikiran kita.
Ada sebuah cerita yang jarang saya ceritakan, simaklah dengan sungguh-sungguh.
Di dekat gunung Himalaya, hiduplah seorang tua yang bertapa. Ia sudah meditasi bertahun-tahun di sana. Suatu hari datang seorang pemuda penggembala kambing datang berkunjung.
Orang tua ini hampir tidak pernah bertemu dengan orang lain selama bertahun-tahun. Sang penggembala kambing ini kemudian berbincang-bincang dengan pertapa tua itu.
"Bapak, ngapain disini sendirian?"
"Ohhhh saya meditasi, Nak."
"Oh....Sudah lama, Bapak meditasi disini?"
"Delapan tahun-lah kira-kira."
"Oh...., sudah lama sekali, Bapak meditasi apa?"
"Saya meditasi kekosongan. Membersihkan batin dari kotoran-kotoran, dari kejelekan-kejelekan. Supaya batin bersih."
"Tetapi perlu waktu lama ya, Bapak?"
"Ya, memang lama, Nak. Delapan tahun."
"Hmmmm..., pantesan saja. Delapan tahun memang lama sekali, makanya bapak menjadi kurus badannya."
"Oh iya-lah Nak."
"Dan jenggot Bapak kok aneh begitu? Mungkin sudah terlalu lama meditasi, sehingga Bapak tidak sempat mengurus jenggot, jenggot Bapak itu seperti jenggot kambing saya, malah jenggot kambing saya lebih bagus daripada jenggot Bapak."
Marahlah dia!
Meditasi delapan tahun untuk membersihkan kotoran batin marah hanya gara-gara jenggot kambing. Begitulah kotoran batin. Halus sekali.
Wapadalah!
Jika Anda bermeditasi, Anda bisa mengenali kotoran batin. Bukankah kotoran batin, bukankah 'jenggot kambing' itu menggoda Anda setiap hari? Anak, istri, suami, sahabat, karyawan menggoda Anda, dan kotoran batin itu keluar. Kemudian Anda melakukan perilaku yang buruk. Hancurlah ketenteraman batin Anda.
Ya, memang pertapa itu bisa sabar, karena delapan tahun tidak pernah seorang manusia pun, yang mungkin dia temui hanya bekicot, kupu-kupu, burung-burung.
Bagaimana bisa tidak sabar? Kesabaran teruji pada saat Anda berada ditengah-tengah kondisi yang Anda tidak senangi. Itulah meditasi yang tepat untuk mengawasi pikiran kita.
Jika Anda ingin punya keluarga yang damai, yang tenteram, Anda harus punya ketenteraman diri terlebih dahulu. Apabila Anda tidak punya ketenteraman, bagaimana Anda bisa memberikan ketenteraman kepada orang lain?