ARTI BERLINDUNG

Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Saya akan bercerita tentang cara umat Buddha di desa-desa mengartikan 'berlindung'. Seseorang mengatakan "Oh, kita berlindung kepada Buddha."

Bagaimana caranya?

Amat jauh, sudah lama Guru Agung kita meninggalkan kita, 2500 tahun lebih. Bagaimana kita bisa berlindung kepada Buddha? Ini komentar umat yang biasa sekali.

Lalu bagaimana kita bisa berlindung kepada Dhamma? Saya pernah mendapatkan penjelasan bahwa Tipitaka itu satu kumpulan buku kitab suci yang sangat banyak. Dalam bahasa Pali, ada 45 volume, semuanya tebal-tebal.

"Bagaimana kita membaca sampai lengkap? Umat-umat Buddha di desa bertanya demikian, dalam bahasa kasarnya "Boro-boro membaca sampai lengkap, melihat saja saya belum pernah."

Jadi, tidaklah aneh kalau umat Buddha tidak pernah, belum pernah melihat Tipitaka. Lalu bagaimana berlindung kepada Dhamma? Bagaimana berlindung kepada Sangha?

Umat-umat Buddha di desa mengatakan, "Oh...., kalau Sangha itu para BHnate, Bhante Jotidhammo, Bhante Pannavaro." Dan mereka mengatakan kalau uang habis, kalau belanjanya habis, ya, nyuwun kepada Bhante.

"Kalau belanjanya habis, uangnya habis ya minta kepada Bhante, kan kita berlindung kepada Sangha?" Begitulah pengertian berlindung di desa-desa. Memang itu tidak benar. Namun apabila pertanyaan itu datang kepada Anda, lalu menurut Anda apa artinya "Belindung".

Ada yang mengatakan, "Ya kalau kita kehujanan kan kita kemudian berlari-lari mencari tempat perlindungan. Berteduh, bukankah berteduh itu seperti berlindung pada saat kita kehujanan?"

Ya, itu arti yang sederhana, tidak tepat. Tetapi ada unsur yang sama. Apabila selama ini Anda tidak mengerti dengan benar arti 'berlindung' tentu Anda tidak lengkap menjadi umat Buddha. Anda bisa saja sudah menjadi umat Buddha selama lima tahun, sepuluh tahun, lema belas tahun, dua puluh tahun. Tetapi, begitu Anda mendapatkan pertanyaan, "Apa artinya berlindung kepada Tiratana?" Anda susah untuk menjawabnya.

Tiratana itulah pangkal keyakinan kita. Tetapi kalau Anda tidak mengerti arti 'berlindung; kepada Tiratana selama ini, tentu sangat tidak lengkap. Saya akan menguraikan singkat arti berlindung, bukan uraian filosofis yang mungkin sulit untuk di cerna, tetapi dengan perumpamaan yang gampang.

Perumpamaan itu membuat konsep menjadi konkret. Membuat ajaran menjadi mudah di cerna, karena dengan perumpamaan ada objek yang di tangkap, tidak konseptual, melainkan aktual. Tetapi, bukan berarti perumpamaan ini juga dijelaskan di dalam kitab-kitab penjelasan. Hanya saja saya membuatnya menjadi lebih luas saja.

Cobalah Anda perhatikan tentang arti 'berlindung' kepada Tiratana ini. Anda sebagai umat Buddha, hampir sama atau boleh dikatakan selaras dengan berlindung kepada dokter. Ketika anak Anda sakit atau pun Anda sendiri yang sakit, lalu kemudian Anda teringat bahwa Anda mengenal seorang dokter. Anak Anda badannya panas, misalkan sakit demam berdarah atau tifus. Kemudian dia buang air terus, menceret-menceret, tiga kali, empat kali, lima kali. Tidak berhenti. Anda mengenal seorang dokter, dan teringat; Oh, saya kenal dokter A sudah lama saya mengenal dokter A itu. Dokter yang cukup dikenal orang, saya bawa anak saya kesana saja."

Mengenal dokter itu adalah penting daripada tidak mengenal dokter. Lalu apakah dengan mengenal dokter saja penyakit kita bisa sembuh? Belum, masih jauh! Penyakit tidak akan sembuh hanya dengan mengenal dokter meskipun mengenal dokter itu perlu, Anda masih harus membawa anak Anda yang sakit pergi bertemu dengan dokter. Tidak hanya cukup dengan mengenal saja. Karena mengenal dokter penyakit tidak akan sembuh.

Dokter akan memeriksa, setelah memeriksa dengan teliti lalu memberikan diagnosa, "Oh anak ibu terkena disentri." Kemudian dokter membuka resep obat. Anda harus membeli obat yang sudah dituliskan oleh dokter di resepnya itu, setelahnya Anda pulang. Apakah sudah selesai? Tidak.

Apakah anak yang sakit sembuh? Belum. Mengapa?

Kalau penduduk di desa mengatakan, "Sudah...., pokoknya ditunjukkam ke dokter saja lah."

Kebiasaan kita lain dengan ornag-orang di dunia Barat yang kalau sakit sedikit langsung ke dokter. Kalau kita tidak begitu. Obat-obatan warung yang kita punya itu dihabiskan dulu. Ada macam-macam mereknya. Kalau sudah tidak sembuh, setelah makan satu dus tetapi panas tidak turun, baru cari dokter. Di desa juga begitu. Orang-orangnya sering berkata, "Sudah, pokoknya anak ini ditunjukkan ke dokter. Nanti kalau sudah dilihat dokter kan penyakit itu lari."

Apakah demikian Saudara? Tidak.

Penyakit tidak bisa sembuh meskipun sudah bertemu dokter, lalu dokter sudah mendiagnosa, memberikan resep. Obat harus dibeli di apotek dan di minum sesuai resep itu, dan kemudian anak atau Anda yang sakit harus minum obat dengan teratur sesuai anjuran dokter.

"Nggak sabar saya kalau minum obat ini. Ada yang sehari sebutir, sehari tiga butir , ada yang sebelum makan, sesudah makan. Malam ini sajalah sekalian masuk di minum sekalian."

Tidak mungkin, penyakit Anda tidak akan sembuh.

Kalau Anda membeli resep obat di apotek dan kemudian obat itu Anda minum, minum sesuai resep, meskipun belum sembuh, tetapi Anda akan muali sembuh. Kalau Anda tidak mampu membeli semua obat, tidak masalah, beli separuh dulu. Resep itu harus dibeli, obat harus didapatkan. Separuh dulu seandainya tidak bisa beli penuh. Dan obat itu harus di minum dengan takarannya, penyakit itu akan mulai berkurang, berkurang, berkurang.

Sesungguhnya kita pun sekarang ini sedang sakit, sakit 'penderitaan'.

Guru Agung kita Buddha Gotama adalah dokter. Dokter yang sangat ampuh, Dhamma itulah obat mujarab dan Sangha itulah orang-orang yang sudah sembuh dari penyakit 'penderitaan'.

Kalau Anda hanya mengenal dokter yang ampuh, dokter yang terkenal, dokter A atau dokter B namanya, apakah Anda akan percaya dengan dokter itu? Tentu tidak. Apalagi dokter itu tidak pernah memberikan obat.

"Bhante, tetapi kalau ada seorang dokter yang terkenal, sangat terkenal. Dan dia kemudian ,memberikan obat yang katanya obatnya mujarab sekali, kan bisa di percaya?"

Benar, sekarang ini menjadi terkenal sangatlah mudah, lewat iklan, lewat TV. Dokter itu memberikan obat yang katanya obat mujarab. Lalu, dokter ini pun jadi terkenal. Lantas dengan begitu apakah Anda sudah memberikan keyakinan kepadanya? Belum. Sama sekali belum.

Mengapa?

Memang dokter itu terkenal. Memang dia memberikan obat yang mujarab. Tetapi, siapa yang sudah disembuhkan? Belum ada pasien yang sudah disembuhkan.

Katanya sih dokter yang terkenal
katanya sih bisa memberikan obat yang mujarab.

Hanya saja siapa yang pernah disembuhkan? Kalau belum pernah ada pasien yang disembuhkan, apakah Anda akan membawa anak Anda ke dokter itu? Belum ada bukti bahwa dokter itu menyembuhkan.

Itulah perumpamaan Tiratana. Buddha sebagai mahadokter, Dhamma sebagai obat yang mujarab, dan Sangha adalah orang-orang yang sudah disembuhkan karena minum obat Dhamma.

Meskipun belum mencapai kebebasan, kesucian, keluarga Sangha itu adalah orang yang setidak-tidaknya mulai sembuh dari penyakit, penyakit 'penderitaan'. Meskipun belum sembuh total. Seperti itulah arti 'berlindung'.