PENGEMBANGAN SAMATHA DAN VIPASSANA



Kemudian Sang Buddha mengajarkan seperti berikut:472

Yo ca vassasatam jive, dussilo asamàhito;
Ekàham jivitam seyyo, silavantassa jhàyino.

Meskipun seseorang hidup seratus tahun, tanpa sila dan tak terfokuskan,
kehidupan seseorang tidak pantas akan pujian; adalah lebih baik hidup satu hari dengan memiliki sila dan terfokuskan.

Kenapa? Dikarenakan pikiran yang sepenuhnya terkembangkan melalui samàdhi dapat menghasilkan pannà yang luar biasa, yang dapat melihat Nibbàna, akhir dari siklus keberadaan berulang, dan dapat memberantas semua kilesa dan derita.

Jadi kita harus berlatih samatha dan vipassanà berlandaskan pada sila. Dalam mempraktekkan pengembangan samatha dan vipassanà, kita harus berlatih Empat Landasan Sati (Cattàro Sati Patthànà):

1) Landasan Sati Perenungan akan Tubuh (kàyànupassanà satipatthàna)

2) Landasan Sati Perenungan akan Perasaan (vedanànupassanà satipatthàna)

3) Landasan Sati Perenungan akan Pikiran (cittànupassanà satipatthàna)

4) Landasan Sati Perenungan akan Dhamma (dhammànupassanà satipatthàna)

Apa itu `tubuh' (kàya)? Terdapat dua jenis `tubuh' dalam vipassanà: `tubuh-rupa' (rupa kàya) dan `tubuh-nàma' (nàma kàya). `Tubuh-rupa' ialah kelompok dari dua puluh delapan jenis rupa.

`Tubuh-nàma' adalah kelompok pikiran dan faktor mental penyerta. Dengan kata lain, dua `tubuh' merupakan pancakkhandha: rupa, perasaan, persepsi, formasi, dan pikiran.

Tetapi objek pengembangan samatha seperti nafas, tiga puluh dua bagian tubuh sebagai ketidakindahan (asubha), dan empat elemen juga dinamakan `tubuh' (kàya).

Kenapa? Mereka juga merupakan kepadatan dari rupa. Sebagai contoh, nafas merupakan kelompok dari rupa kalàpa hasil-pikiran. Jika kita menganalisa rupa kalàpa tersebut, kita melihat bahwa terdapat sembilan jenis rupa di masing-masing kalàpa tersebut: elemen tanah, air, api, dan angin, warna, bau, rasa, sari nutrisi dan suara. Kerangka sendiri merupakan kepadatan dari rupa kalàpa. Jika kerangka tersebut adalah dari makhluk yang masih hidup, maka keseluruhan terdapat lima jenis rupa kalàpa. Jika kita menganalisa rupa kalàpa tersebut, kita akan temukan bahwa terdapat empat puluh empat jenis rupa.473

Demikianlah, di kelompok perenungan akan tubuh (kàyànupassanà), Sang Buddha mengajarkan dua jenis pengembangan: samatha dan vipassanà.

Di kelompok perenungan akan tubuh, Beliau menyertakan ànàpànasati, dan tiga puluh dua bagian tubuh dsb.

Jadi, jika anda berlatih ànàpànasati, anda sedang berlatih perenungan akan tubuh.
Praktek samatha tersebut tercakup ke dalam kelompok perenungan akan tubuh.

Setelah anda sukses dalam praktek samatha, anda berganti ke pengembangan vipassanà: mencermati dan menganalisa nàma rupa.

Ketika anda berlatih meditasi bidang kerja rupa (rupa kammatthàna), anda mencermati dua puluh delapan jenis rupa: itu juga sedang mempraktekkan perenungan akan tubuh.

Ketika anda berlatih meditasi bidang kerja nàma (nàma kammatthàna),

anda mencermati perasaan:
itu merupakan perenungan perasaan (vedanànupassanà);

anda mencermati pikiran: yaitu perenungan pikiran (cittànupassanà);

anda mencermati kontak: itu adalah perenungan dhamma (dhammànupassanà).

Tetapi hanya mencermati perasaan, pikiran dan kontak tidaklah cukup untuk mencapai pengetahuan vipassanà.

Jadi kita harus mencermati faktor mental penyerta yang tersisa. Setelah mencermati nàma rupa, kita harus mencermati penyebab mereka di masa lampau, sekarang dan masa depan. Ini merupakan Pengetahuan Pemahaman Sebab (Paccaya-Pariggaha Nana).

Setelah Pengetahuan Pemahaman Sebab, ketika anda telah akan mencapai vipassanà, anda dapat menitik beratkan baik pada rupa, perasaan, pikiran atau kontak. `Menitik beratkan' tidak berarti anda harus mencermati satu fenomena saja. Anda dapat menitik beratkan rupa, tetapi anda tidak bisa mengabaikan nàma. Yaitu, anda juga harus mencermati perasaan, pikiran, dan dhamma.474

Anda bisa menitik beratkan hanya pada perasaan. Tetapi hanya perasaan saja tidaklah cukup. Anda juga harus mencermati formasi mental penyerta mereka, landasan indra mereka, dan objek mereka. Lima landasan indra dan objek mereka adalah rupa. Demikian pula halnya dengan pikiran dan dhamma.475

Jadi di sini, vipassanà ialah merenungkan anicca, dukkha dan anatta dari nàma rupa serta penyebabnya. Dhamma tersebut padam segera setelah kemunculannya, oleh karena itu mereka adalah anicca.

Mereka tertindas oleh kemunculan dan kepadaman yang konstan, maka mereka adalah dukkha. Di dalam dhamma-dhamma tersebut tidak terdapat jiwa, tidak ada sesuatu yang stabil, kekal dan abadi.

Pencermatan kealamiahan berupa anicca, dukkha dan anatta dari nàma rupa serta sebab dan akibatnya, dinamakan pengembangan vipassanà. Ketika anda berlatih pengembangan samatha dan vipassanà, dapat kita katakan bahwa anda mempraktekkan Empat Landasan Sati.

Ketika anda berlatih Empat Landasan Sati anda harus membangkitkan Empat Pengerahan Benar (Cattàro SammaPpadhàna). Yakni:

1) Pengerahan untuk mencegah akusala dhamma untuk muncul.

2) Pengerahan untuk menghilangkan akusala dhamma yang telah muncul.

3) Pengerahan untuk menghasilkan kusala dhamma yang belum muncul (samàdhi kusala dhamma, vipassanà kusala dhamma, magga
kusala dhamma, dsb.).

4) Pengerahan untuk mengembangkan kusala dhamma tersebut hingga tingkatan Arahat.

Bagaimana anda harus berlatih? Anda harus berlatih berdasarkan pada Empat Landasan Sati. Ketika berlatih anda harus membangkitkan empat jenis pengerahan yang baru saja disebutkan:

`Meskipun daging dan darah saya kering, hanya tersisa tulang dan urat, saya tidak akan melepaskan meditasi saya.'

Ketika anda berlatih, anda harus memiliki Empat Landasan Kesuksesan (Cattàro Iddhi Pàdà):

1) Kemauan (chanda): kita harus memiliki kemauan yang kuat dan bertenaga untuk mencapai Nibbàna.

2) Usaha(viriya): kita harus memiliki energi yang kuat dan bertenaga untuk mencapai Nibbàna.

3) Pikiran(citta): kita harus memiliki pikiran yang kuat dan bertenaga untuk mencapai Nibbàna,

4) Investigasi (vimamsa): kita harus memiliki pengetahuan vipassanà yang kuat dan dalam untuk mencapai Nibbàna.

Jika kita memiliki kemauan yang cukup kuat kita dapat mencapai tujuan kita. Tidak ada hal apa pun yang tak dapat kita capai jika kita memiliki kemauan yang cukup. Jika kita memiliki energi yang cukup kuat kita dapat mencapai tujuan kita. Tidak ada hal apa pun yang tak dapat kita capai jika kita memiliki energi yang cukup.

Jika kita memiliki pikiran yang cukup kuat kita dapat mencapai tujuan kita. Tidak ada hal apa pun yang tak dapat kita capai jika kita memiliki pikiran yang kuat dan bertenaga. Jika kita memiliki pengetahuan vipassanà yang cukup kuat kita akan mencapai tujuan kita. Tidak ada hal apa pun yang tak dapat kita capai jika kita memiliki kebijaksanaan yang cukup.

Ketika kita melatih empat landasan sati, kita juga harus memiliki Lima Daya Pengendali476 (pancindriyàni). Mereka adalah:

1) Keyakinan atau Kepastian (saddhà): kita harus memiliki keyakinan yang cukup kuat terhadap Sang Buddha dan ajaran-Nya.

2) Usaha (viriya): kita harus memiliki usaha yang cukup kuat.

3) Sati (sati): kita harus memiliki sati yang cukup kuat pada objek meditasi. Jika itu adalah objek samatha, harusnya objek seperti ànàpàna nimitta atau nimitta dari kasina. Jika itu adalah objek
vipassàna, harusnya nàma, rupa dan sebab-musababnya.

4) Samàdhi (samàdhi): kita harus memiliki samàdhi yang cukup kuat pada objek samatha dan vipassanà.

5) Kebijaksanaan (pannà): kita harus memiliki pengertian yang cukup tentang objek samatha dan vipassanà.

Lima daya pengendali ini mengontrol pikiran yogi, agar tidak menjauh dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan, yang menuntun ke Nibbàna. Jika anda tidak memiliki daya pengendali ini, anda tidak dapat mencapai tujuan anda. Anda tidak dapat mengontrol pikiran anda. Daya pengendali ini memiliki kekuatan untuk mengontrol pikiran anda, sehingga ia tidak menjauh dari objek meditasi anda. Kekuatan ini juga dinamakan kekuatan-keinginan (bala). Dari sudut pandang kekuatan-keinginan, Lima Daya Pengendali dinamakan Lima Kekuatan (panca balàni).

Selain dari Empat Landasan Sati, juga terdapat Tujuh Faktor Pencerahan (Satta Bojjhangà), yang sangat penting. Mereka adalah :

1) Sati (sati)

2) Investigasi terhadap Dhamma(dhamma vicaya): ini adalah pengetahuan vipassanà.

3) Usaha (viriya)

4) Riang (piti)

5) Ketenangan (passaddhi)

6) Samàdhi (samàdhi)

7) Ketenang-seimbangan (upekkhà)

Terakhir,adalah Jalan Mulia Berfaktor Delapan (Ariyo Atthangiko Maggo):

1) Pandangan Benar ......(Sammà Ditthi)

2) Pemikiran Benar. (Sammà Sankappa)

3) Ucapan Benar................. (Sammà Vàcà)

4) Perbuatan Benar (Sammà Kammanta)

5) Penghidupan Benar............... (Sammà âjiva)

6) Usaha Benar......................... (Sammà Vàyàma)

7) Sati Benar.......................................(Sammà Sati)

8 ) Samàdhi Benar. . . . . . . . . . . . . . . . . . (Sammà Samàdhi)

Yaitu, dengan kata lain, sila, samàdhi, dan pannà: tiga pelatihan. Kita harus melatih tiga pelatihan ini secara sistematis.

Seluruhnya, terdapat Tiga Puluh Tujuh Dhamma Pendukung Pencerahan (bodhipakkhiya dhamma). Ini adalah Harapan Sang Buddha agar siswa-Nya mempelajari Tiga Puluh Tujuh Dhamma Pendukung Pencerahan dengan mengingatnya, dan mempraktekkannya hingga tingkatan Arahat. Jika kita melakukannya, kita dapat memberikan warisan kepada generasi mendatang. Dengan melakukannya, kita dan generasi mendatang akan menerima manfaat dan kebahagiaan dalam dunia ini, hingga pencapaian Nibbàna.

———

472 DhP.viii.10 `Sahassa Vagga' (`Kelompok Ribuan')

473 Untuk perincian, lihat `Bagaimana Anda Menganalisa Rupa Kalàpa', hal.135, dan tabel `2c: Jenis Dasar dari Rupa pada Tubuh', hal.152.

474 Terdapat empat landasan sati: 1) tubuh, 2) perasaan, 3) pikiran, 4) dhamma. Dhamma merupakan komponen tersisa dari `tubuh-nàma' (nàma kàya). Sang Buddha juga menjelaskan dhamma sebagai pancakkhandha, dua belas landasan, lima rintangan, tujuh faktor pencerahan, dan Empat Kebenaran Mulia. Pada faktanya, tidaklah mungkin untuk memisahkan berbagai aspek Dhamma tersebut, dikarenakan masing-masing dari mereka
mencakupi yang lainnya. Sebagai contoh, untuk memahami sepenuhnya Empat Kebenaran Mulia adalah untuk memahami sepenuhnya Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Untuk memahami sepenuhnya Jalan Mulia Berfaktor Delapan juga sama dengan memahami sepenuhnya tujuh faktor pencerahan. Dan juga memahami sepenuhnya nàma rupa, dan juga pancakkhandha serta dua belas landasan dsb. Sehingga, keseluruhan dari tiga puluh tujuh dhamma pendukung pencerahan (bodhipakkhiya dhamma) perlu dimengerti sepenuh nya agar pencerahan terjadi.

475 Y.M Pa-Auk Tawya Sayadaw mendiskusikan vipassanà dengan cara hanya mencermati perasaan di T&J 4.6, hal.165.

476 Untuk pembahasan tentang Lima Daya Pengendali, lihat hal.42 ff.

——

Pa Auk Sayadaw - Janati Passati [Knowing and Seeing]

HARAPAN SANG BUDDHA UNTUK SISWA-NYA DAN AJARAN-NYA

(Dhammadesanà yang diberikan di hari Vesàkha)