PATTICASAMUPADA

Oleh : YM Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera

Mengapa manusia menderita?
Mungkin ada teori lain yang menyatakan ....ya karena nenek moyang kita berdosa, ya karena kita dulu pernah punya simpanan ini dan itu. Tetapi sesungguhnya penjelasan menurut agama Buddha sangat sederhana.... mengapa kita menderita? Mengalami kekecewaan, kegagalan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya. Kita menderita karena kita dilahirkan. Seandainya kita tidak dilahirkan.... tidak ada persoalan kita menderita.

Kelahiran adalah awal penderitaan. Kelahiran diikuti oleh perkembangan, kelahiran diikuti oleh usia tua, kelahiran diikuti oleh sakit, kelahiran diikuti oleh kematian. Antara dilahirkan sampai mati itulah yang namanya hidup sekarang dan antara lahir sampai mati, disitulah timbul penderitaan.

Jadi mengapa kita mengalami penderitaan? Karena kita dilahirkan. Kalau kita tidak dilahirkan, kita tidak menderita. Tidak ada jawaban yang lebih tepat dari itu. Kalau tidak ada kelahiran kembali maka tidak akan ada penderitaan. Bagaimana supaya tidak dilahirkan? Jangan memperpanjang proses penderitaan. Bagaimana supaya tidak memperpanjang proses penderitaan? Jangan menjadi ketagihan, jangan melekat. Berkaryalah, melakukan hasillah, melakukan hal-hal yang bergunalah tapi jangan melekat pada hasil itu, karena apapun terkena perubahan.

Supaya tidak melekat, jangan mengumbar nafsu keinginan. Saudara harus selektif dengan nafsu keinginan saudara, memutuskan perbuatan dengan panna, dengan wisdom, bukan didorong oleh perasaan semata-mata.
Bagaimana supaya nafsunya tidak terumbar? Perasaan yang kita rasakan jangan sampai membutakan kita. Bagaimana supaya perasaan tidak membutakan kita? Punyailah kesadaran.

Jadi bagaimana Bhante.... supaya perasaan tidak membutakan kita? Ya jangan makan, jangan melihat, jangan mendengar. Bukan..... bukan itu caranya. Melihatlah, mendengarlah, makanlah. Rasakan senang sebagai senang, tidak senang sebagai tidak senang, tetapi perasaan itu jangan membuat Anda buta. Bagaimana supaya tidak buta? Harus punya kesadaran, mindfullness, perhatian yang penuh, pengertian Dhamma yang cukup. Dari mana didapat? Dari meditasi, dari belajar, dari menjalankan sila. Dari sila, dari meditasi, dari panna.

Sila, samadhi, dan panna, itulah yang akan membuat perasaan adalah perasaan. Perasaan tidak akan membutakan kita. Kalau perasaan tidak membutakan kita..... tidak timbul nafsu keinginan. Kalau tidak timbul nafsu keinginan.... tidak timbul kemelekatan. Kalau tidak timbul kemelekatan..... tidak timbul proses memperpanjang penderitaan. Kalau tidak timbul proses memperpanjang proses penderitaan..... tidak timbul kelahiran kembali. Kalau tidak timbul kelahiran kembali....maka selesailah penderitaan ini.