KEYAKINAN
Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Sang Buddha memberikan perhatian yang sangat besar terhadap belajar dan belajar. Dari belajar itulah kita dapat pengertian yang benar. Sehingga kita tidak membuta dalam mengikuti sesuatu. Kita mengerti dengan jelas, dengan benar, karena kita belajar. Dari belajar itulah kita mendapatkan pengertian. Pengertian itu sangat dihargai oleh Guru Agung kita.
Dalam Delapan Unsur Jalan Ariya 'Ariya Atthangika Magga'. Unsur yang pertama adalah Pengertian Benar. Tetapi, hanya mengerti saja tidaklah cukup. Memang pengertian sangat diperlukan. Apabila orang tidak mengerti maka dia seperti orang buta. Akan tetapi hanya mengerti saja tidak cukup. Pengertian tidak banyak membawa kemajuan dalam batin kita.
Guru Agung kita menjelaskan kemajuan batin ini harus dimulai dari Keyakinan, saddha dalam bahasa Pali-nya. Kalau seseorang mengerti, mengerti dengan terang, dengan jelas, tetapi tidak mau menerima; maka mengerti yang tidak diterima itu adalah pengertian tanpa keyakinan.
Keyakinan adalah mengerti dan juga menerima. Mengerti dan menerima itulah unsur yang penting dari saddha 'Keyakinan'. Karena dengan menerima, dengan adanya keyakinan, seseorang akan praktik. Dia akan berusaha mengikuti apa yang sudah dimengertinya itu. Namun, mengerti tidak menerima tidak akan menjadi keyakinan. Pengertian itu tidak akan mendorongnya untuk melaksanakan. Mengerti dan menerima. Sikap menerima pengertian itulah keyakinan. Dan keyakinan itulah awal dari kemajuan batin kita.
Ada empat macam keyakinan.
Keyakinan yang pertama disebut Kamma Saddha 'keyakinan terhadap perbuatan'. Ada perbuatan yang baik, bermanfaat, tetapi juga ada perbuatan yang buruk, merugikan. Tidak ada perbuatan abu-abu. Tidak ada! Perbuatan baik atau perbuatan yang buruk, hanya itu saja!
Keyakinan yang kedua, Kammavipaka Saddha 'Perbuatan itu Memberikan Akibat'. Tidak ada perbuatan yang sia-sia. Keburukan berakibat penderitaan. Kebaikan berbuah kebahagiaan. Betap kecilnya perbuatan itu.
Sang Buddha pernah menyatakan, "Tidak mungkin para Bhikkhu. Dan tidak akan pernah mungkin keburukan berbuah kebahagiaan. Tidak mungkin. Dan tidak akan pernah mungkin kebaikan berakibat penderitaan. Kebaikan pasti berbuah kebahagiaan. Perbuatan buruk sekecil apa pun, pasti berakibat penderitaan."
Keyakinan yang ketiga, Kammasakkata Saddha, 'mereka yang melakuan perbuatan itu, akan memetik hasilnya'. Bukan orang lain. Meskipun seseorang itu menerima hukum karma atau menyangkal hukum karma, semua orang, bahkan semua mahluk akan menerima aibat dari perbuatannya masing-masing.
Seseorang mengerti hukum karma, meyakini hukum karma atau yang lain menolak hukum karma dengan mengatakan, "Aku enggak percaya!" Boleh saja. Akan tetapi, hukum karma juga akan berlaku bagi mereka yang tidak percaya, hukum karma akan berjalan. Karena hukum karma itu hukum bagi semuanya. Siapa pun yang menanamkan kebajikan, akan memperoleh kebahagiaan. Siapa pun yang melakukan keburukan, akan sengsara. Itulah hukum karma. Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita masing-masing.
Ada orang yang bertanya, "Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita, Bhante, lalu dimana itu perbuatan kita itu disimpan?"
Perbuatan-perbuatan kita di simpan di "Gokarma.Com". Ini hanya candaan. Tidak ada perbuatan yang tidak membuahkan akibat. Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu.
Keyakinan yang ke empat, Thatagata-bodhi Saddha 'Keyakinan bahwa Guru Agung kita mencapai Pencerahan." Ini tercatat dalam Anguttara Nikaya. Ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha itu bukan hasil pemikiran dari Siddharta, bukan hasil intelektual. Guru Agung Buddha Gotama bukan seorang filsuf. Tetapi Guru Agung kita mencapai pencerahan Sammasambodhi.
Dari pencerahan itulah Sang Buddha bebas dari penderitaan.
Dari pencerahan itulah Sang Buddha kita mengajarkan Dhamma kepada kita. Sang Buddha mencapai PENCERAHAN.
Keyakinan terhadap hukum karma ini mendorong kita untuk mengendalikan diri sendiri. Seseorang yang mengerti hukum karma, menerima hukum karma, maka dia akan mengendalikan dirinya sendiri. Tidak akan berbuat yang buruk meskipun di bujuk, meskipun dibayar, "Tidak! Saya tidak akan berbuat yang buruk. Karena keburukan itu akan menyengsarakan hidup saya, menghancurkan orang lain juga, menghancurkan lingkungan dan merugikan saya sendiri."
Tidak berbuat buruk itulah 'Sila'. Kita menjaga diri untuk tidak berbuat buruk karena kita sadar keburukan itu membuat kita menderita. Kita sadar keburukan itu menghancurkan. Karena itu kita tidak akan berbuat yang buruk.
Berhati-hatilah dalam berbicara.
Berhati-hatilah dalam berbuat.
Ada satu-dua kalimat yang tidak hati-hati di ucapkan, bisa menghancurkan satu negara. Saya tidak perlu menjelaskan ini, Anda lebih mengerti.
Berhati-hatilah dalam berbicara.
Berhati-hatilah dalan berperilaku.
Mengendalikan perbuatan kita sendiri dari perbuatan-perbuatan yang buruk karena keburukan itu membawa bencana bagi orang lain, menghancurkan yang lain dan akibatnya menghancurkan dirinya sendiri.
Lalu, kita tidak hanya mengurangi perbuatan yang buruk saja, tetapi kita harus menghentikan semua perbuatan yang buruk, dan kita juga tidak hanya menghentikan perbuatan yang buruk saja. Kita tidak hanya tidak berbuat yang buruk, tetapi kita juga harus banyak berbuat baik.
Sang Buddha memberikan perhatian yang sangat besar terhadap belajar dan belajar. Dari belajar itulah kita dapat pengertian yang benar. Sehingga kita tidak membuta dalam mengikuti sesuatu. Kita mengerti dengan jelas, dengan benar, karena kita belajar. Dari belajar itulah kita mendapatkan pengertian. Pengertian itu sangat dihargai oleh Guru Agung kita.
Dalam Delapan Unsur Jalan Ariya 'Ariya Atthangika Magga'. Unsur yang pertama adalah Pengertian Benar. Tetapi, hanya mengerti saja tidaklah cukup. Memang pengertian sangat diperlukan. Apabila orang tidak mengerti maka dia seperti orang buta. Akan tetapi hanya mengerti saja tidak cukup. Pengertian tidak banyak membawa kemajuan dalam batin kita.
Guru Agung kita menjelaskan kemajuan batin ini harus dimulai dari Keyakinan, saddha dalam bahasa Pali-nya. Kalau seseorang mengerti, mengerti dengan terang, dengan jelas, tetapi tidak mau menerima; maka mengerti yang tidak diterima itu adalah pengertian tanpa keyakinan.
Keyakinan adalah mengerti dan juga menerima. Mengerti dan menerima itulah unsur yang penting dari saddha 'Keyakinan'. Karena dengan menerima, dengan adanya keyakinan, seseorang akan praktik. Dia akan berusaha mengikuti apa yang sudah dimengertinya itu. Namun, mengerti tidak menerima tidak akan menjadi keyakinan. Pengertian itu tidak akan mendorongnya untuk melaksanakan. Mengerti dan menerima. Sikap menerima pengertian itulah keyakinan. Dan keyakinan itulah awal dari kemajuan batin kita.
Ada empat macam keyakinan.
Keyakinan yang pertama disebut Kamma Saddha 'keyakinan terhadap perbuatan'. Ada perbuatan yang baik, bermanfaat, tetapi juga ada perbuatan yang buruk, merugikan. Tidak ada perbuatan abu-abu. Tidak ada! Perbuatan baik atau perbuatan yang buruk, hanya itu saja!
Keyakinan yang kedua, Kammavipaka Saddha 'Perbuatan itu Memberikan Akibat'. Tidak ada perbuatan yang sia-sia. Keburukan berakibat penderitaan. Kebaikan berbuah kebahagiaan. Betap kecilnya perbuatan itu.
Sang Buddha pernah menyatakan, "Tidak mungkin para Bhikkhu. Dan tidak akan pernah mungkin keburukan berbuah kebahagiaan. Tidak mungkin. Dan tidak akan pernah mungkin kebaikan berakibat penderitaan. Kebaikan pasti berbuah kebahagiaan. Perbuatan buruk sekecil apa pun, pasti berakibat penderitaan."
Keyakinan yang ketiga, Kammasakkata Saddha, 'mereka yang melakuan perbuatan itu, akan memetik hasilnya'. Bukan orang lain. Meskipun seseorang itu menerima hukum karma atau menyangkal hukum karma, semua orang, bahkan semua mahluk akan menerima aibat dari perbuatannya masing-masing.
Seseorang mengerti hukum karma, meyakini hukum karma atau yang lain menolak hukum karma dengan mengatakan, "Aku enggak percaya!" Boleh saja. Akan tetapi, hukum karma juga akan berlaku bagi mereka yang tidak percaya, hukum karma akan berjalan. Karena hukum karma itu hukum bagi semuanya. Siapa pun yang menanamkan kebajikan, akan memperoleh kebahagiaan. Siapa pun yang melakukan keburukan, akan sengsara. Itulah hukum karma. Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita masing-masing.
Ada orang yang bertanya, "Hukum karma tidak pernah lupa pada perbuatan kita, Bhante, lalu dimana itu perbuatan kita itu disimpan?"
Perbuatan-perbuatan kita di simpan di "Gokarma.Com". Ini hanya candaan. Tidak ada perbuatan yang tidak membuahkan akibat. Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu.
Keyakinan yang ke empat, Thatagata-bodhi Saddha 'Keyakinan bahwa Guru Agung kita mencapai Pencerahan." Ini tercatat dalam Anguttara Nikaya. Ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha itu bukan hasil pemikiran dari Siddharta, bukan hasil intelektual. Guru Agung Buddha Gotama bukan seorang filsuf. Tetapi Guru Agung kita mencapai pencerahan Sammasambodhi.
Dari pencerahan itulah Sang Buddha bebas dari penderitaan.
Dari pencerahan itulah Sang Buddha kita mengajarkan Dhamma kepada kita. Sang Buddha mencapai PENCERAHAN.
Keyakinan terhadap hukum karma ini mendorong kita untuk mengendalikan diri sendiri. Seseorang yang mengerti hukum karma, menerima hukum karma, maka dia akan mengendalikan dirinya sendiri. Tidak akan berbuat yang buruk meskipun di bujuk, meskipun dibayar, "Tidak! Saya tidak akan berbuat yang buruk. Karena keburukan itu akan menyengsarakan hidup saya, menghancurkan orang lain juga, menghancurkan lingkungan dan merugikan saya sendiri."
Tidak berbuat buruk itulah 'Sila'. Kita menjaga diri untuk tidak berbuat buruk karena kita sadar keburukan itu membuat kita menderita. Kita sadar keburukan itu menghancurkan. Karena itu kita tidak akan berbuat yang buruk.
Berhati-hatilah dalam berbicara.
Berhati-hatilah dalam berbuat.
Ada satu-dua kalimat yang tidak hati-hati di ucapkan, bisa menghancurkan satu negara. Saya tidak perlu menjelaskan ini, Anda lebih mengerti.
Berhati-hatilah dalam berbicara.
Berhati-hatilah dalan berperilaku.
Mengendalikan perbuatan kita sendiri dari perbuatan-perbuatan yang buruk karena keburukan itu membawa bencana bagi orang lain, menghancurkan yang lain dan akibatnya menghancurkan dirinya sendiri.
Lalu, kita tidak hanya mengurangi perbuatan yang buruk saja, tetapi kita harus menghentikan semua perbuatan yang buruk, dan kita juga tidak hanya menghentikan perbuatan yang buruk saja. Kita tidak hanya tidak berbuat yang buruk, tetapi kita juga harus banyak berbuat baik.