KUALITAS KARMA
- â¤ï¸KARMA BERKUALITAS RENDAH & KARMA BERKUALITAS TINGGI â¤ï¸
Ada 3 niat dalam melakukan perbuatan, yaitu :
1. Pubba Cetanà (sebelum berbuat)
2. Munca Cetanà (saat berbuat)
3. Apara Cetanà (setelah berbuat)
Dalam melakukan suatu perbuatan baik juga penting mengembangkan kehendak baik berangkap tiga. Sebelum melakukan perbuatan baik seseorang harus mengetahui manfaat perbuatan itu dan harus merasa berbahagia dan rela melakukan perbuatan baik itu. Ini adalah ‘kehendak-baik-sebelumnya’
(pubbacetanà ).
Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan baik,seseorang harus merasa bahagia dan antusias,mengetahui karma dan akibatnya. Ini adalah ‘kehendak-baik-saat-ini’ (muncacetanà ). Setelah melakukan perbuatan baik itu, sekali lagi seseorang harus merasa bahagia dan puas sudah melakukan perbuatan baik. Dia juga harus merasa gembira mengingat perbuatan baik itu. Ini adalah ‘kehendak-baik-sesudahnya’ (apara cetanà ). Jika perbuatan baik dilakukan dengan kehendak baik berangkap-tiga seperti yang dijelaskan di atas, maka disebut ‘perbuatan baik berkualitas tinggi’ dan karma yang terbentuk disebut ‘karma baik berkualitas tinggi’.
Jika suatu perbuatan baik dilakukan tanpa kehendak baik berangkap-tiga, ini disebut ‘perbuatan baik berkualitas rendah’ dan karma yang terbentuk disebut ‘karma baik berkualitas rendah’.
Karma baik berkualitas tinggi adalah lebih baik dan akan menghasilkan buah yang melebihi karma baik berkualitas rendah. Jadi meskipun dua orang melakukan perbuatan berdana yang sama, buah yang akan mereka peroleh tidaklah sama. Orang yang berdana dengan kehendak baik yang lebih kuat dan antusias akan memperoleh karma baik berkualitas tinggi dan menikmati buah yang lebih
besar dari yang lainnya.
Seseorang seharusnya tidak menginginkan kemewahan megah atau kemewahan alam Dewa sebagai hasil suatu perbuatan baiknya. Menginginkan kemakmuran atau kemewahan adalah pikiran dengan akar keserakahan. Jika pikiran dan kehendak buruk menyelubungi ‘kehendak saat-ini’, maka karma berkualitas rendah akan terbentuk.
Oleh karena itu seseorang hendaknya melakukan perbuatan baik dengan pengetahuan tentang karma dan akibatnya dan dengan kehendak baik
berangkap-tiga.
SUMBER : Buku Karma Pencipta Sesungguhnya
DARI : Prof.Mehm Tin Mon B.Sc.Hons.(Ygn),M.Sc.,Ph.D.(USA)
Ada 3 niat dalam melakukan perbuatan, yaitu :
1. Pubba Cetanà (sebelum berbuat)
2. Munca Cetanà (saat berbuat)
3. Apara Cetanà (setelah berbuat)
Dalam melakukan suatu perbuatan baik juga penting mengembangkan kehendak baik berangkap tiga. Sebelum melakukan perbuatan baik seseorang harus mengetahui manfaat perbuatan itu dan harus merasa berbahagia dan rela melakukan perbuatan baik itu. Ini adalah ‘kehendak-baik-sebelumnya’
(pubbacetanà ).
Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan baik,seseorang harus merasa bahagia dan antusias,mengetahui karma dan akibatnya. Ini adalah ‘kehendak-baik-saat-ini’ (muncacetanà ). Setelah melakukan perbuatan baik itu, sekali lagi seseorang harus merasa bahagia dan puas sudah melakukan perbuatan baik. Dia juga harus merasa gembira mengingat perbuatan baik itu. Ini adalah ‘kehendak-baik-sesudahnya’ (apara cetanà ). Jika perbuatan baik dilakukan dengan kehendak baik berangkap-tiga seperti yang dijelaskan di atas, maka disebut ‘perbuatan baik berkualitas tinggi’ dan karma yang terbentuk disebut ‘karma baik berkualitas tinggi’.
Jika suatu perbuatan baik dilakukan tanpa kehendak baik berangkap-tiga, ini disebut ‘perbuatan baik berkualitas rendah’ dan karma yang terbentuk disebut ‘karma baik berkualitas rendah’.
Karma baik berkualitas tinggi adalah lebih baik dan akan menghasilkan buah yang melebihi karma baik berkualitas rendah. Jadi meskipun dua orang melakukan perbuatan berdana yang sama, buah yang akan mereka peroleh tidaklah sama. Orang yang berdana dengan kehendak baik yang lebih kuat dan antusias akan memperoleh karma baik berkualitas tinggi dan menikmati buah yang lebih
besar dari yang lainnya.
Seseorang seharusnya tidak menginginkan kemewahan megah atau kemewahan alam Dewa sebagai hasil suatu perbuatan baiknya. Menginginkan kemakmuran atau kemewahan adalah pikiran dengan akar keserakahan. Jika pikiran dan kehendak buruk menyelubungi ‘kehendak saat-ini’, maka karma berkualitas rendah akan terbentuk.
Oleh karena itu seseorang hendaknya melakukan perbuatan baik dengan pengetahuan tentang karma dan akibatnya dan dengan kehendak baik
berangkap-tiga.
SUMBER : Buku Karma Pencipta Sesungguhnya
DARI : Prof.Mehm Tin Mon B.Sc.Hons.(Ygn),M.Sc.,Ph.D.(USA)