WATAK YANG LEMAH LEMBUT
(diterjemahkan dari ceramah dhamma YM. Bhikkhu Ariyananda Thero, Sri Lanka)
Bagaimana cara memiliki batin yang lemah lembut ? Jawabannya adalah dengan berlatih meditasi. Dalam latihan meditasi yang kita lakukan, Sang Buddha menjelaskan tentang Samatha Bhavana (meditasi ketenangan batin) dan Vipassana Bhavana (meditasi pandangan terang).
Batin yang lemah lembut merupakan hasil dari berlatih meditasi pandangan terang atau Vipassana Bhavana karena ketika latihan Vipassana kita kuat, maka kita akan mendapatkan lebih banyak pemahaman yang benar, dan menjadikan kita semakin rileks.
Kadang kala objek kemelekatan menghampiri batin kita, namun dibalik itu ada ‘sesuatu’ yaitu ‘batin yang mengamati’ yang mengetahui bahwa batin kita telah dihinggapi kemelekatan. Dengan demikian, batin kita dengan sendirinya atau secara alami menjadi lemah lembut.
Bila objek kebencian muncul dan batin kita mengetahui itu adalah kebencian, maka kita bisa mengendalikannya.
Dalam Vipassana khususnya berkenaan dengan aspek mengamati batin merupakan bagian yang sangat penting dalam latihan kita. Pada tahap awal latihan meditasi biasanya kita mulai dengan berlatih konsentrasi, setelah itu baru kita berlatih Vipassana, dari latihan Vipassana inilah batin kita menjadi lemah lembut.
Sebagai contoh, misalnya di atas meja ini terdapat beberapa macam barang ; ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Barang-barang ini mewakili kualitas atau faktor-faktor mental yang berbeda.
Sama halnya dalam latihan, kita semestinya meningkatkan beberapa kualitas yang diperlukan seperti
*Perhatian penuh, *Konsentrasi dan *Kebijaksanaan .
Kebijaksanaan muncul dari hasil Vipassana atau meditasi pandangan terang.
Bila faktor kebijaksanaan melebihi faktor-faktor mental lainnya maka ia akan mampu mengendalikan faktor-faktor mental lainnya.
Disaat faktor keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lebih kuat meskipun faktor kebijaksanaan sudah ada disana tapi masih terasa susah untuk mengendalikannya, bila meditasi pandangan terang kita berada di tahap atau level tertentu dan kekotoran batin kita juga berada di level yang sama maka kita masih akan baik-baik saja tapi bila level kekotoran batin kita melebihi level meditasi pandangan terang kita, maka kita akan diliputi atau ditutupi oleh kekotoran batin kita.
Seorang meditator seharusnya berlatih dan mengembangkan meditasi pandangan terang sampai ke tahap yang lebih tinggi melebihi hal lainnya, dengan demikian baru ia akan mampu untuk mengendalikan batinnya.
Dalam syair Dhammapada khususnya bab tentang batin, Sang Buddha menjelaskan bahwa batin kita sangatlah halus, sulit untuk dilihat dan dikendalikan.
Batin selalu pergi ke tempat yang ia sukai, orang yang bijaksana mampu mengendalikan batinnya.
Barangsiapa mampu mengendalikan batinnya dengan baik maka akan membawa kebahagiaan.
Marilah kita coba kendalikan batin kita.
Pengendalian batin yang sesungguhnya berasal dari latihan (meditasi). Tentu saja kita bisa menggunakan paksaan untuk mengekang atau mengontrol batin kita, namun itu bukanlah cara yang tepat.
Pengendalian batin yang benar semestinya datang dari pemahaman yang benar.
Bila kita menggunakan paksaan untuk mengontrol batin maka kita tidak akan mampu mengendalikan batin secara terus menerus tapi apabila kita memiliki kebijaksanaan maka kita akan mampu mengendalikan batin secara terus menerus.
Sehingga hal yang paling penting adalah mengembangkan atau meningkatkan kebijaksanaan melalui meditasi pandangan terang (Vipassana).
Ketika berlatih, kita bisa perhatikan tentang
‘ Nama’ (mentalitas)
‘Rupa’ (materialitas), juga tentang sebab-akibat, maka kebijaksanaan pun timbul (ada disana/batin).
Saat masih dalam proses berlatih, kadang kebijaksanaan muncul (batin menjadi terang) lalu hilang (batin menjadi gelap), muncul lagi lalu hilang , tapi kebijaksanaan masih tetap ‘sadar’ akan hal ini dan terus mengamatinya, inilah yang kita namakan cahaya kebijaksanaan ( the light of wisdom ).
Barang siapa yang terus menerus melatih batinnya hingga ke tahap tertentu maka kemampuan ini akan muncul.
Sang Buddha telah mengajarkan kita tentang Anicca, Dukkha dan Anatta , di antara ketiganya, Anatta merupakan bagian terpenting namun paling sulit untuk dilihat atau dipahami.
Walau kita sering mendengar atau mengucapkan kata ‘Anatta’ , namun bukan berarti kita telah benar-benar melihat atau memahami ‘Anatta’ yang sesungguhnya.
Meski Anatta merupakan bagian tersulit namun bila dilatih terus menerus maka kita akan semakin mendekati pemahaman benar tentang ‘Anatta’, itu berarti kita juga semakin mendekati kebenaran ajaran Sang Buddha, dan kelak kebahagiaan akan selalu meliputi batin kita tidak peduli apapun yang terjadi, entah yang terjadi itu hal baik atau hal buruk, positif atau negatif, bahkan ketika kita mendapatkan perlakuan yang ramah atau tidak sekalipun, kita akan mengerti bahwa semua itu adalah ‘tanpa diri atau inti’.
Jika kita benar-benar mengerti tentang Anatta, maka semua permasalahan menjadi sangat mudah.
Cinta kasih akan selalu terpancar dari batin kita.
Bila kita selalu hidup dengan Dhamma, maka secara alami keseimbangan batin akan terus berada di dalam batin dan kita pun akan mampu menerima segala hal yang baik maupun buruk.
http://appamado.com/category/ceramah-dhamma/
Bagaimana cara memiliki batin yang lemah lembut ? Jawabannya adalah dengan berlatih meditasi. Dalam latihan meditasi yang kita lakukan, Sang Buddha menjelaskan tentang Samatha Bhavana (meditasi ketenangan batin) dan Vipassana Bhavana (meditasi pandangan terang).
Batin yang lemah lembut merupakan hasil dari berlatih meditasi pandangan terang atau Vipassana Bhavana karena ketika latihan Vipassana kita kuat, maka kita akan mendapatkan lebih banyak pemahaman yang benar, dan menjadikan kita semakin rileks.
Kadang kala objek kemelekatan menghampiri batin kita, namun dibalik itu ada ‘sesuatu’ yaitu ‘batin yang mengamati’ yang mengetahui bahwa batin kita telah dihinggapi kemelekatan. Dengan demikian, batin kita dengan sendirinya atau secara alami menjadi lemah lembut.
Bila objek kebencian muncul dan batin kita mengetahui itu adalah kebencian, maka kita bisa mengendalikannya.
Dalam Vipassana khususnya berkenaan dengan aspek mengamati batin merupakan bagian yang sangat penting dalam latihan kita. Pada tahap awal latihan meditasi biasanya kita mulai dengan berlatih konsentrasi, setelah itu baru kita berlatih Vipassana, dari latihan Vipassana inilah batin kita menjadi lemah lembut.
Sebagai contoh, misalnya di atas meja ini terdapat beberapa macam barang ; ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Barang-barang ini mewakili kualitas atau faktor-faktor mental yang berbeda.
Sama halnya dalam latihan, kita semestinya meningkatkan beberapa kualitas yang diperlukan seperti
*Perhatian penuh, *Konsentrasi dan *Kebijaksanaan .
Kebijaksanaan muncul dari hasil Vipassana atau meditasi pandangan terang.
Bila faktor kebijaksanaan melebihi faktor-faktor mental lainnya maka ia akan mampu mengendalikan faktor-faktor mental lainnya.
Disaat faktor keserakahan, kebencian dan kebodohan batin lebih kuat meskipun faktor kebijaksanaan sudah ada disana tapi masih terasa susah untuk mengendalikannya, bila meditasi pandangan terang kita berada di tahap atau level tertentu dan kekotoran batin kita juga berada di level yang sama maka kita masih akan baik-baik saja tapi bila level kekotoran batin kita melebihi level meditasi pandangan terang kita, maka kita akan diliputi atau ditutupi oleh kekotoran batin kita.
Seorang meditator seharusnya berlatih dan mengembangkan meditasi pandangan terang sampai ke tahap yang lebih tinggi melebihi hal lainnya, dengan demikian baru ia akan mampu untuk mengendalikan batinnya.
Dalam syair Dhammapada khususnya bab tentang batin, Sang Buddha menjelaskan bahwa batin kita sangatlah halus, sulit untuk dilihat dan dikendalikan.
Batin selalu pergi ke tempat yang ia sukai, orang yang bijaksana mampu mengendalikan batinnya.
Barangsiapa mampu mengendalikan batinnya dengan baik maka akan membawa kebahagiaan.
Marilah kita coba kendalikan batin kita.
Pengendalian batin yang sesungguhnya berasal dari latihan (meditasi). Tentu saja kita bisa menggunakan paksaan untuk mengekang atau mengontrol batin kita, namun itu bukanlah cara yang tepat.
Pengendalian batin yang benar semestinya datang dari pemahaman yang benar.
Bila kita menggunakan paksaan untuk mengontrol batin maka kita tidak akan mampu mengendalikan batin secara terus menerus tapi apabila kita memiliki kebijaksanaan maka kita akan mampu mengendalikan batin secara terus menerus.
Sehingga hal yang paling penting adalah mengembangkan atau meningkatkan kebijaksanaan melalui meditasi pandangan terang (Vipassana).
Ketika berlatih, kita bisa perhatikan tentang
‘ Nama’ (mentalitas)
‘Rupa’ (materialitas), juga tentang sebab-akibat, maka kebijaksanaan pun timbul (ada disana/batin).
Saat masih dalam proses berlatih, kadang kebijaksanaan muncul (batin menjadi terang) lalu hilang (batin menjadi gelap), muncul lagi lalu hilang , tapi kebijaksanaan masih tetap ‘sadar’ akan hal ini dan terus mengamatinya, inilah yang kita namakan cahaya kebijaksanaan ( the light of wisdom ).
Barang siapa yang terus menerus melatih batinnya hingga ke tahap tertentu maka kemampuan ini akan muncul.
Sang Buddha telah mengajarkan kita tentang Anicca, Dukkha dan Anatta , di antara ketiganya, Anatta merupakan bagian terpenting namun paling sulit untuk dilihat atau dipahami.
Walau kita sering mendengar atau mengucapkan kata ‘Anatta’ , namun bukan berarti kita telah benar-benar melihat atau memahami ‘Anatta’ yang sesungguhnya.
Meski Anatta merupakan bagian tersulit namun bila dilatih terus menerus maka kita akan semakin mendekati pemahaman benar tentang ‘Anatta’, itu berarti kita juga semakin mendekati kebenaran ajaran Sang Buddha, dan kelak kebahagiaan akan selalu meliputi batin kita tidak peduli apapun yang terjadi, entah yang terjadi itu hal baik atau hal buruk, positif atau negatif, bahkan ketika kita mendapatkan perlakuan yang ramah atau tidak sekalipun, kita akan mengerti bahwa semua itu adalah ‘tanpa diri atau inti’.
Jika kita benar-benar mengerti tentang Anatta, maka semua permasalahan menjadi sangat mudah.
Cinta kasih akan selalu terpancar dari batin kita.
Bila kita selalu hidup dengan Dhamma, maka secara alami keseimbangan batin akan terus berada di dalam batin dan kita pun akan mampu menerima segala hal yang baik maupun buruk.
http://appamado.com/category/ceramah-dhamma/