MENGURANGI KEKOTORAN BATIN
Dhamma Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Semua orang akan memiliki karmanya masing-masing, teknologi tidak bisa menghalang-halangi atau mengubah. Apakah seseorang beragama Buddha atau bukan, apakah seseorang itu senang beragama Buddha atau tidak, semuanya tidak bisa mengingkari dan menghindari apalagi menolak umur tua, sakit , mati dan berpisah dengan orang yang dicintai dan memetik akibat buah karma.
Siapa yang bisa menolak atau menghindari semuanya itu, tidak mungkin dan sangat tidak mungkin, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berdaya menghadapi umur tua, sakit dan kematian, perpisahan dengan yang dicintai dan memetik akibat perbuatan masing-masing.
Oleh karena itu ingin sehat wajar, usaha ingin lancar wajar dan silahkan, tetapi apakah kita sudah bersiap-siap, kalau umur tua sudah mulai jalan, sakit dan berpisah dengan orang yang dicintai akibat karma yang buruk datang?
Yang pasti kalau tidak ada persiapan bisa menimbulkan penderitaan, lalu bagaimana persiapan kita biar batin ini tidak menderita? Kita harus mengurangi kekotoran batin. memang harta yang digunakan dengan benar akan bermanfaat dan kedudukan yang digunakan dengan bijak akan bermanfaat, rejeki kemakmuran memang membawa kemudahan dan kelancaran, tetapi kalau kotoran batin tidak dikurangi, usia tua, sakit, mati, perpisahan dan akibat karma akan menjadi sumber penderitaan.
Kita jarang memikirkan kotoran batin berkurang, justru kita tidak sadar kotoran batin itu bertambah. Ibu, bapak, dan saudara kalau kita berbuat baik dan suka melakukan kebajikan Guru Agung kita mengatakan hukum karma itu adalah pasti.
Semua orang pasti memetik karma, tidak bisa dihindari, orang percaya hukum karma atau tidak, itu tidak menuntut karena hukum karma itu jalan terus, karena itu kalau kita melakukan kebajikan Guru Agung kita mengatakan jangan meremehkan kebajikan walaupun memberikan makan pada se-ekor anjing, kucing dan semut itu juga suatu kebajikan, apalagi mempersembahkan dana kepada Sangha, membantu mereka yang kena bencana alam, mereka yang sengsara, itulah kebajikan, itu perbuatan yang MULIA.
Semua orang akan memiliki karmanya masing-masing, teknologi tidak bisa menghalang-halangi atau mengubah. Apakah seseorang beragama Buddha atau bukan, apakah seseorang itu senang beragama Buddha atau tidak, semuanya tidak bisa mengingkari dan menghindari apalagi menolak umur tua, sakit , mati dan berpisah dengan orang yang dicintai dan memetik akibat buah karma.
Siapa yang bisa menolak atau menghindari semuanya itu, tidak mungkin dan sangat tidak mungkin, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berdaya menghadapi umur tua, sakit dan kematian, perpisahan dengan yang dicintai dan memetik akibat perbuatan masing-masing.
Oleh karena itu ingin sehat wajar, usaha ingin lancar wajar dan silahkan, tetapi apakah kita sudah bersiap-siap, kalau umur tua sudah mulai jalan, sakit dan berpisah dengan orang yang dicintai akibat karma yang buruk datang?
Yang pasti kalau tidak ada persiapan bisa menimbulkan penderitaan, lalu bagaimana persiapan kita biar batin ini tidak menderita? Kita harus mengurangi kekotoran batin. memang harta yang digunakan dengan benar akan bermanfaat dan kedudukan yang digunakan dengan bijak akan bermanfaat, rejeki kemakmuran memang membawa kemudahan dan kelancaran, tetapi kalau kotoran batin tidak dikurangi, usia tua, sakit, mati, perpisahan dan akibat karma akan menjadi sumber penderitaan.
Kita jarang memikirkan kotoran batin berkurang, justru kita tidak sadar kotoran batin itu bertambah. Ibu, bapak, dan saudara kalau kita berbuat baik dan suka melakukan kebajikan Guru Agung kita mengatakan hukum karma itu adalah pasti.
Semua orang pasti memetik karma, tidak bisa dihindari, orang percaya hukum karma atau tidak, itu tidak menuntut karena hukum karma itu jalan terus, karena itu kalau kita melakukan kebajikan Guru Agung kita mengatakan jangan meremehkan kebajikan walaupun memberikan makan pada se-ekor anjing, kucing dan semut itu juga suatu kebajikan, apalagi mempersembahkan dana kepada Sangha, membantu mereka yang kena bencana alam, mereka yang sengsara, itulah kebajikan, itu perbuatan yang MULIA.